30 Persen Kasus Stunting, Menkeu: Bukan Sekadar Problem Kesehatan
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, belanja terbesar kedua Indonesia di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kesehatan. Karena kesehatan selalu menjadi masalah utama, baik di negara maju maupun berkembang.
Sri Mulyani menyoroti isu stunting yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Menurutnya masih ada 30 persen anak-anak Indonesia yang mengalami kekurangan gizi.
"Anda tahu, kalau anak kurang gizi maka dia tidak akan mampu seperti kalian duduk menjadi mahasiswa. Anak-anak yang stunting jika dia nanti tumbuh besar tidak akan mampu berpikir secara analitis. Maka kita harus memerangi ini karena mereka adalah generasi yang akan datang,” jelas Sri Mulyani, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Kamis 3 Oktober 2019.
Sri Mulyani menuturkan, umat Islam melalui Al-Quran surat an-Nisa ayat 9 diperintahkan untuk tidak meninggalkan generasi penerus dalam kondisi yang lemah.
"Lantunan Quran surat an-Nisa ayat sembilan, kita diperingatkan untuk tidak meninggalkan generasi yang akan datang dengan kondisi yang lebih buruk dari kita, itu bukan perintah undang-undang atau perintah konstitusi tetapi itu adalah perintah Allah, jadi adalah kewajiban kita untuk memerangi masalah kurang gizi anak-anak,” jelasnya.
Sri Mulyani menyampaikan, stunting bukan hanya masalah situasi ekonomi orangtua tetapi masalah mindset dan pengetahuan.
"Masalahnya bisa berhubungan dengan air bersih, bisa berhubungan dengan kebiasaan makan, bisa berhubungan dengan pengetahuan mengenai gizi. Oleh karena itu mahasiswa UNISA harus bisa menjadi mahasiswa yang militan dalam ikut membantu pemerintah memerangi stunting,” ajaknya.
Terkait kesehatan, Sri Mulyani juga menyoroti mengenai jaminan kesehatan nasional. Menurutnya Indonesia memasuki tahun kelima untuk membangun sistem kesehatan dan masih banyak tantangan yang dihadapi.
Dalam memasuki tahun kelima untuk membangun sistem kesehatan nasional masih banyak tantangan. Seperti, bagaimana kepersertaan, siapa yang harus mengiur, bagaimana iuran yang adil, bagaimana manajemen rumah sakit dan Puskesmas.
Tantangan lain, kata Sri Mulyani, bagaimana menghindari manusia yang jahat yang menggunakan sistem kesehatan untuk kepentingannya sendiri, bagaimana mengelola dunia farmasi. Bahkan, bagaimana menciptakan gaya hidup yang sehat, banyak dari sistem kesehatan kita yang perlu mndapatkan pemikiran dan solusi dari para intelektual.
Mantan Direktur Bank Dunia berkantor di AS ini berkesempatan menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta pada Rabu 2 Oktober 2019. Dalam acara dihadiri ratusan mahasiswa kampus tersebut, serta jajaran Pimpinan Pusat 'Aisyiyah.
“UNISA harus bisa menjadi universitas yang bisa menyuarakan dan merekomendasikan bagaimana sistem jaminan kesehatan nasional Indonesia dibangun secara adil, berkelanjutan, sehat, serta bertanggung jawab,” kata Sri Mulyani.
Advertisement