30 Lukisan Karya Anak Neurodiversity Dipamerkan di Surabaya
Sebanyak 30 lukisan dari 10 anak-anak Neurodiversity (istilah yang merujuk pada penerimaan terhadap orang-orang dengan saraf yang berbeda, seperti individu autistik, dan berbagai individu dengan tipe saraf lainnya), dipamerkan di Destiny Noble Academy, Surabaya.
Pameran seni lukis yang bertajuk "Seni Visioner" ini dipamerkan mulai 2 April hingga 8 April 2022 mendatang. Karya-karya tersebut merupakan karya selama anak-anak tersebut menjalani lockdown.
Yuliana Sidje, Principal Destiny Noble Academy mengatakan, pameran ini diadakan untuk memberdayakan anak-anak Neurodiversity. "Kenapa demikian? Agar semua orang tahu bahwa mereka (anak-anak Neurodiversity) bisa berkarya, bahkan berguna untuk orang lain dan masyarakat," ujarnya ditemui di lokasi acara, Senin, 4 April 2022.
Bagi anak-anak Neurodiversity, melukis merupakan sarana untuk mengungkapkan perasaan yang dirasakan, ungkap Yuliana.
Untuk itu, semua lukisan yang dipamerkan kali ini adalah buah dari perasaan yang mereka rasakan. Yuliana mencontohkan, seperti lukisan berjudul " Happy Monster" karya Mitchell.
"Lukisan Happy Monster ini punya histori di dalam lingkungannya, dia (Mitchell) merasa tidak diterima. Jadi mungkin dalam hati dan pikirannya merasa kesepian, untuk itu dia gambar banyak monster karena ingin punya teman," terangnya.
Lukisan yang menggambarkan keinginan dan perasaan ini juga tertuang dalam lukisan karya Abell. Saat ditanya, Abell menyampaikan bahwa lukisan tersebut menggambarkan kakaknya dan keinginannya ingin traveling naik pesawat terbang. "Ini gambar cece Feby (kakak), ini pesawat untuk pergi ke Singapura, Taiwan dan Jepang," ujar Abel sambil menunjuk gambar yang ada di lukisannya.
Selain dipamerkan, karya anak-anak Neurodiversity ini juga dilelang pada 8 April 2022 nanti. Menurut Yuliana, lelang ini terbuka untuk semua kalangan, bila berminat boleh mengajukan penawaran dan nantinya akan dilelang saat penutupan pameran.
"Kami akan melelangnya di akhir acara nanti. Mau menawar dipersilakan datang melakukan penawaran juga sangat bisa, online juga ada," kata Yuliana.
Yuliana berharap, karya para muridnya bisa membuat mereka lebih percaya diri dan berharga. Ia menambahkan, anak-anak Neurodiversity bukan anak-anak sakit, mereka hanya memiliki cara berpikir yang berbeda.
"Bukan sakit atau mental mereka normal, hanya mempunyai cara berpikir yang berbeda. Saya berharap hal ini bisa meningkatkan kepedulian bahwa anak-anak ini tidak layak untuk diskriminasi dan lainnya. Mereka layak diberi kesempatan dan harapan, karena mereka punya keahlian," jelasnya.
Mengenang Agus Suyanto
Pameran ini juga ditujukan untuk mengenang jasa guru melukis anak-anak tersebut, yakni Agus Suyanto. Agus Suyanto diketahui meninggal pada meninggal 2 Januari 2021, karena terpapar Covid-19 varian Delta.
"Semua karya anak-anak di sini adalah legacy dari Pak Agus. Beliau yang memiliki andil besar dalam melihat bakat anak-anak melukis," tutup Yuliana.
Advertisement