30 Kartun Karya Anak Bangsa Dipamerkan di Galeri Prabangkara
Melengkapi rangkaian peringatan Hari Anak Sedunia, Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya dan Komunitas Kartun Indonesia (Kartunesia) menggelar Pameran Kartun Opini yang dilaksanakan pada 9 hingga 11 Desember 2019 di Galeri Prabangkara, Jl. Genteng Kali 85, Surabaya, Jawa Timur.
Sebelumnya, sejak akhir Otober 2019 lalu, YDSF dan Kartunesia menggelar Kontes Kartun Opini 'Anak Indonesia: Generasi Kreatif dan Optimis'.
"Karya yang dipamerkan adalah kartun-kartun terbaik yang dikirim peserta dari seluruh Indonesia. Ada yang dari Denpasar, Medan, Jambi, Yogyakarta, Semarang, dan dari kota-kota di Jawa Timur," jelas Khoirul Anam, Humas YDSF.
Dijelaskan alumni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS) ini, setelah melewati proses penilaian yang cukup ketat, juri akhirnya bersepakat untuk memenangkan lima kartunis dengan karya terbaik. Masing-masing, Juara 1, Joko Luwarso dari Jakarta Selatan, dan Juara 2, Agus Harsanta, dari Denpasar.
Sementara Juara Harapan untuk tiga pemenang masing-masing Agus Widodo, warga Kendal, Jawa Tengah, Dien Yodha, warga Banyumas, Jawa Tengah, dan Wahyu Siswanto, warga Lumajang, Jawa Timur.
"Mewakili YDSF, saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi istimewa untuk kawan-kawan kartunis Indonesia," kata Anam.
Melengkapi pernyataan ini, Hendro D. Laksono, pendiri Komunitas Kartunesia mengatakan, hingga batas terakhir pengiriman 24 November 2019, tak kurang dari 90 karya telah diterima oleh panitia.
Untuk pelaksanaan tahun ini, kata Hendro, kontes masih didominasi karya-karya kartunis senior tanah air. Sebagian peserta bahkan dikenal sebagai kartunis yang sudah pernah menjuarai berbagai kontes baik nasional maupun internasional.
"Tapi tahun ini nama-nama baru juga muncul. Gaya kartunnya beberapa menggunakan tradisi kartun Jepang atau manga. Tentu ini jadi sesuatu hal yang menarik. Karena regenerasi kartunis secara alamiah terus berjalan," jelasnya.
Meski di sisi lain, gaya kartun editorial klasik seperti yang banyak muncul di media massa juga terjaga. Bahkan diperkaya dengan sentuhan simbol kearifan lokal di beberapa karya.
"Ini ditandai dengan penggunaan simbol sarung, kopiah, kardus bekas, hingga kuda lumping, yang cita rasanya sangat khas Indonesia,” jelasnya.
Dalam pameran nanti, kata Hendro, pengunjung juga bisa bergabung dalam Diskusi Kartun 'Mengasah Peduli Lewat Kartun Opini' yang akan menghadirkan Wahyu Kokkang, kartunis Harian Jawa Pos, sebagai nara sumber. Diskusi yang juga akan diselenggarakan di Galeri Prabangkara ini akan digelar pukul 12.30 hingga selesai.
Dijelaskan Hendro, selama pameran, pengunjung juga bisa membeli merchandise kartun peduli dalam bentuk kaos dan kartun dalam frame. Kartun yang ada merupakan karya pilihan peserta kontes. Seluruh keuntungan dari penjualan, tegas Hendro, akan diberikan pada mereka yang berhak lewat YDSF.
Pameran dan diskusi kartun peduli ini dipersembahkan YDSF bersama Kartunesia didukung oleh Forum Komunikasi Koordinator Donatur, YDSF Community-READY (Relawan Donatur YDSF), dan IKA Stikosa AWS.