3 Mahasiswa UINSA Diduga Dikeroyok Panitia PBAK, Ini Kronologinya
Tiga mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya diduga menjadi korban pengeroyokan oleh panitia Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) tahun 2022.
Akibat pengeroyokan tersebut, ketiga mahasiswa mengalami luka di bagian belakang kepala dan punggung karena sayatan benda tajam.
Saat ini kasus tersebut sudah dilaporkan ke pihak kepolisian dan sedang dalam proses penyidikan. Menurut salah satu korban pengeroyokan, Muhammad Maulana, kejadian tersebut terjadi pada Kamis, 1 September 2022 pada sore hari sekitar pukul 17.15 WIB.
"Saat itu kami sedang akan mengibarkan bendera organisasi eksternal (ormek HMI) di depan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). Lalu kami didatangi oleh pengurus senat mahasiswa untuk menanyakan perihal izin tentang pengibaran bendera," kata Maulana.
Maulana menceritakan, setelah mendapat pertanyaan dari seniornya, ia dan teman-temannya balik bertanya mengenai prosedur dalam pengibaran bendera tersebut. "Kami tanya balik 'bagaimana prosedur izin pengibaran bendera? Minta contohnya'," celotehnya.
Pertanyaan yang dilontarkan Maulana dan kawan-kawannya tak mendapat jawaban pasti. Para panitia tersebut malah melemparkan pertanyaan lainnya dengan nada yang mengancam.
"Dia bilang; tanyakan saja kepada atasan? Kami jawab; atasan siapa?, Dia balas; ya senat mahasiswa lah," ujarnya menirukan salah satu panitia PBAK.
Setelah melontarkan pernyataan tersebut, selang beberapa menit kemudian segerombolan panitia PBAK bersama senat dan dewan eksekutif mahasiswa datang guna menanyakan izin pengibaran bendera.
"Kami balas seperti ucapan di atas perihal prosedur. Mereka tidak bisa membuktikan. Mereka langsung memukul dan keributan terjadi. Korban dari kami ada tiga, Saya (Muhammad Maulana), Agung Laksono, Multazam," katanya.
Ia menambahkan, pengeroyokan baru berhenti setelah security datang. Akibatnya kepala belakang Maulana berdarah dan ada beberapa luka tusuk yang didapatkan.
"Sebelumnya kami ditawari untuk langsung ditangani oleh security. Tapi kami menolak karena kami nilai akan menghilangkan jejak pelaku. Karena memang dari awal kami berencana untuk mem-publish dan membawa ke meja hijau," jelasnya.
Saat kejadian ini dikonfirmasi ke pihak kampus. Humas UINSA, Ahmad Firdaus juga membenarkan kejadian tersebut.
Meski demikian, pihaknya merasa kejadian tersebut adalah kesalahpahaman antara mahasiswa dan panitia terkait pengibaran bendera organisasi mahasiswa.
"Hari kamis kesalahpahaman antara teman-teman. Antara panitia dan mahasiswa yang bukan panitia. Kesalahpahaman terkait pengibaran bendera organisasi mahasiswa ekstra kampus," kata Firdaus, Sabtu, 3 September 2022.
Berdasarkan data yang dihimpun Firdaus dari panitia PBAK. Panitia sudah memberikan informasi bahwa tidak ada atribut lain, selain atribut UINSA dan FSH.
"Kesalahpahaman begitu yang dipicu karena kegiatan dari pagi sampai sore menjelang malam, sama-sama lelah, jiwa muda, terjadilah kejadian yang memprihatinkan kita semua. Sampai terjadi saling lapor," pungkasnya.
Menurutnya, masalah ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan yang dimediasi oleh Dekanat dan Rektorat.
Advertisement