3 Langkah Orang Tua Bila Mengetahui Anaknya Berperilaku Self Harm
Pernahkan menemukan fenomena ada anaknya saudara atau anaknya tetangga yang berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri? Perilaku tersebut dalam dunia medis memang dikenal. Istilahnya adalah perilaku self harm.
Anak atau remaja yang melakukan self harm menurut ahli kejiwaan adalah sebagai cara untuk mengatasi, mengurangi dan menghilangkan perasaan kesepian, kemarahan dan kekosongan pada anak atau remaja tersebut. Self harm sebenarnya bisa terjadi pada semua usia, tapi usia yang paling rentan mengalami perilaku ini adalah remaja.
Dr. Yunias Setiawati,dr,Sp.KJ (K) spesialis kejiwaan membenarkan hal tersebut. Sikap labil pada remaja dan berbagai tekanan yang dialami cenderung membuatnya memilih sikap demikian.
Menurut, Yunias tentu saja perilaku self harm pada remaja harus mendapatkan penanganan yang serius agar masalah kesehatan mental ini tidak semakin berlanjut dengan bertambahnya usia.
"Yang bisa menolong tentu saja orang terdekat, seperti orang tua atau teman untuk membawanya ke tenaga psikiater atau psikolog agar segera ditolong," ujar dokter spesialis jiwa RSUD Dr. Soetomo ini.
Tapi pada faktanya, bila mengetahui perilaku self harm atau menyakiti diri sendiri pada remaja, orang tua malah cenderung emosional dan menghakimi anaknya.
"Nah, saat mengetahui anaknya berperilaku self harm di usia remaja, seharusnya orang tua sadar bahwa masih ada kesempatan untuknya mendengarkan anaknya dan mengubah keadaan," kata Yunias, yang aktif menyuarakan tentang kesehatan mental pada remaja.
Untuk itu, Yunias menjelaskan apa saja yang harus dilakukan orang tua bila mengetahui anaknya berperilaku self harm.
1. Menenangkan diri
"Hal pertama yang harus dilakukan orang tua ialah menenangkan dirinya sendiri. Bila belum bisa berkata apa-apa pada anaknya tidak apa-apa. Diam sejenak, daripada yang dikeluarkan emosi, lebih baik menenangkan diri saja," katanya.
Tenangkan diri, ujar Yunias bersabar dan sadar bahwa emosi tidak akan mengubah keadaan. Baru setelah tenang baru ajak bicara anak tersebut.
2. Dengarkan keluh kesahnya
Lanjut Yunias, setelah tenang baru aja bicara dengarkan apa masalahnya, apa yang dia rasakan sampai melakukan self harm.
"Di sini orang tua harus menjadi teman yang baik bagi anak. Dari sini akan diketahui apa membuatnya seperti itu dan orang tua dapat mengambil tindakan dan memperbaiki keadaan," tuturnya.
3. Membawanya ke tenaga ahli kejiwaan
Sudah bukan waktunya lagi menganggap psikiater atau psikolog hanya untuk orang gila saja, tandas Yuniar.
Tenaga ahli kejiwaan ada untuk menolong gangguan mental, gangguan mental tidak hanya gila saja. Ada gangguan dari tahap yang rendah sampai tinggi.
"Tak ada alasan lagi malu membawa anak yang memiliki perilaku self harm ke dokter jiwa atau psikolog," tutup Yunias.