3 Hal Penting Ber-Muhammadiyah, Begini Rumusannya
Jika menyumbang yang penting banyak, soal ikhlas itu belakangan. Najib Hamid, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, menyampaikan 3 hal penting dalam ber-Muhammadiyah.
Menurutnya, pertama dalam ber-Muhammadiyah, adalah thalabul ‘ilmi atau mencari ilmu. Banyak kegiatan yang bisa diikuti dalam Muhammadiyah terkait dengan thalabul ilmi ini, termasuk salah satunya yang penting adalah Baitul Arqam. “Coba perhatikan. Pasti berbeda mereka yang sudah Baitul Arqam dan belum,” jelas Nadjib. “Maka, manfaatkan betul kesempatan ini.”
Kedua dalam ber-Muhammadiyah adalah bersedekah. “Gak ada ceritanya orang Muhammadiyah itu pelit,” jelas calon Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) ini. “Kalau toh ada yang pelit, pasti belum pernah ikut Baitul Arqam,” katanya.
Terkait dengan sedekah ini, Najib juga punya tips yang patut dicoba. Bersedekah, menurutnya, sebaiknya dilakukan dengan sebanyak-banyaknya. “Yang penting kalau menyumbang itu yang banyak. Soal ikhlas, itu belakangan saja,” tuturnya.
Najib Hamid MSi menguraikan hal itu dalam Baitul Arqam Amal Usaha Pimpinan Cabang Aisyiyah Klojen Kota Malang, belum lama ini, di Dusun Sahabat Alam, Krangploso, Kabupaten Malang.
Terkait dengan keikhlasan yang juga jadi poin penting ketiga dalam ber-Muhammadiyah, Nadjib menyatakan bahwa ia adalah urusan hamba dengan Allah swt. Suami Luluk Humaidah itu memberi gambaran ikhlas itu dengan (maaf) seperti orang buang Ikhlas itu ya seperti orang buang hajat. Setelah dibuang merasa lega dan tidak dicari lagi,” katanya sembari tersenyum diikuti peserta lainnnya.
Dengan materi dan tempat yang terbuka, Lya Sofiyana SPd merasa cukup puas dengan Baitul Arqam diikuti semua guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal dan karyawan AUM lain se-Cabang Klojen itu. “Agenda dikemas dengan sangat menarik dan tidak membosankan. Diadakan di ruang terbuka dengan tenda-tenda sebagai tempat tidur.”
Dikutip ngopibareng.id dari pwmu.co, Lya mengatakan jika Baitul Arqam ini dikemas berbeda tanpa mengurangi muatan materi yang sudah ditetapkan oleh sistem perkaderan. “Ini juga pertama kalinya peserta diijinkan membawa anak-anak mereka yang masih kecil,” jelas Lya.
Uniknya lagi, kegiatan yang menguras banyak pikiran ini ditutup dengan outbond. Perlu dicoba di tempat lain. (adi)
Advertisement