3 Fakta KNKT Berhasil Dengar Rekaman Kokpit Sriwijaya Air SJ 182
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berhasil mendengarkan rekaman percakapan di kokpit pesawat Sriwijaya Air SJ182, dari cockpit voice recorder (CVR) yang berhasil ditemukan beberapa saat lalu. Meski, ada sebagian rekaman suara yang masih tertutup berisik dan sedang diupayakan agar bisa didengarkan.
Percakapan dengan Menara ACT
Kepala Sub-Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo menyebut rekaman yang terdengar jelas adalah percakapan pilot ke menara ACT menit-menit ketika pesawat take off dan kemudian hilang. "Isinya pembicaraan di kokpit antara kapten co-pilot sama pilot ATC, suara jelas,", kata Nurcahyo, dikutip dari detik.com
Pesawat take off dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Supadio, Pontianak, pada 9 Januari 2021.
Dalam temuan sebelumnya, hasil dari rekaman komunikasi pilot dengan petugas ATC, terdapat sejumlah informasi tentang arahan dari ATC kepada pilot untuk berbelok dan berada di ketinggian tertentu, sebelum pesawat hilang dari radar komunikasi pada puku 14:39 WIB.
Bagian Rekaman yang Belum Terdengar
Namun, Nurcahyo menyebut ada bagian rekaman suara yang belum bisa ditangkap dengan jelas dari CVR tersebut. Pihaknya kini berupaya menjernihkan suara, hingga rekaman pilot di ruang kokpit bisa didengarkan, hingga pesawat jatuh menghujam perairan Kepulauan Seribu.
"Tapi ada satu channel yang merekam area mic, jadi yang merekam suara di dalam kokpitnya itu masih ketutupan sama ada noise lah. Ada beberapa bagian yang kami masih kesulitan untuk mendengar, ini sedang masih ada dicoba difilter, dicoba dengan berbagai cara," imbuhnya.
Dugaan Kerusakan Tuas Mesin atau Throttle
Penemuan CVR dan upaya untuk mendengarkan percakapan terakhir pilot di ruang kokpit diharapkan bisa membantu mencari penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
Meski upaya lain juga dilakukan oleh KNKT dengan melibatkan sejumlah negara, antara lain Amerika Serikat dan Inggris. Salah satu fokus penyelidikan adalah membaca memori peringatan yang dikeluarkan oleh pesawat.
Menurut Nurcahyo, rencananya, pada Juni nanti, tim dari Amerika Serikat akan datang ke Indonesia untuk menyampaikan temuan mereka, dalam memeriksa komponen EGP WS dan auto protocol computer. Nantinya, temuan itu akan digabung dengan hasil penyelidikan dari CVR dan FDR dari KNKT.
"Kami nggak bisa ke sana karena masih pandemi, jadi kami serahkan ke mereka untuk mereka memeriksa, nanti (hasil temuan Amerika) kita akan gabung dengan apa yang ada di FDR dan di CVR," lanjutnya.
Dari hasil penyelidikan awal diketahui jika tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri, sempat beberapa bergerak mundur, diikuti putaran mesin yang ikut berkurang. Sementara tuas mesin kanan atau throttle tetap pada tempatnya. Hal ini terjadi beberapa kali sebelum pesawat kemudian hilang kontak. (dtk)
Advertisement