3 Anak dan 4 Cucu Pemimpin Hamas Tewas Dibom
Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh menyatakan, tiga putra dan empat cucunya tewas dalam serangan udara Israel di Gaza. Hazem, Amir, dan Mohammad, yang merupakan anak dari Ismail Haniyeh, tewas saat mobil yang mereka kendarai dibom. Empat cucu yaitu Mona, Amal, Khaled dan Razan.
Peristiwa pilu itu terjadi di hari pertama Lebaran, Rabu 10 April 2024. Media yang terkait dengan Hamas mengatakan mobil yang ditumpangi putra-putranya ditabrak di kamp Al-Shati dekat Kota Gaza.
Militer Israel mengatakan anak-anak tersebut adalah anggota sayap militer Hamas. Kelompok tersebut dilaporkan sedang dalam perjalanan ke perayaan keluarga untuk menandai hari pertama Lebaran.
Ismail Haniyeh mengatakan kepada penyiar Al Jazeera bahwa dirinya mendengar berita itu ketika mengunjungi warga Palestina yang terluka untuk dirawat di ibu kota Qatar, Doha, yang merupakan tempat tinggal pemimpin Hamas.
“Musuh akan berkhayal jika berpikir bahwa menargetkan anak-anak saya, pada klimaks perundingan (gencatan senjata), dan sebelum gerakan tersebut mengirimkan tanggapannya, akan mendorong Hamas untuk mengubah posisinya,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Dalam komentar yang dilaporkan di saluran Telegram Hamas, Ismail Haniyeh bersyukur kepada Tuhan atas kehormatan yang diberikan kepadanya melalui apa yang disebutnya kemartiran anak dan cucunya.
Ini bukanlah anggota keluarga Ismail Haniyeh pertama yang terbunuh dalam agresi militer Israel selama tujuh bulan. Seorang anak laki-laki lainnya dilaporkan terbunuh pada bulan Februari, sementara saudara laki-laki dan keponakannya dibunuh pada bulan Oktober, diikuti oleh seorang cucunya pada bulan November 2023.
Lebih dari 33.000 warga Gaza, sebagian besar warga sipil, telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak serangan bulan Oktober, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Sebagai informasi, Ismail Haniyeh secara luas dianggap sebagai pemimpin Hamas secara keseluruhan dan telah menjadi anggota terkemuka gerakan tersebut sejak tahun 1980. Ia terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menetapkannya sebagai teroris pada 2018.