3 Alasan Wisata Kuliner ke Gudeg Ceker Bu Yati di Solo
Banyak tempat makan legendaris di Solo. Selain nasi liwet, soto, tongseng, tengkleng, dan serabi, kota tempat asal Presiden Joko Widodo ini sangat terkenal dengan gudeg cekernya.
Salah satu gudeg ceker yang moncer sampai kini adalah Gudeg Ceker Bu Kasno di Margoyudan.
Terasa ada yang kurang kalau belum mampir ke Bu Kasno jika lewat Solo. Bahkan, bagi penggemar kuliner, kekecewaan mendalam akan terus dirasakan ketika lewat atau berkunjung ke Solo tanpa mampir ke warung gudeg yang buka menjelang dini hari sampai pagi ini.
Itu pula yang saya rasakan saat akhir pekan ini. Kebetulan, bersamaan dengan libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW, saya punya agenda keluarga ke Jogja. Rapat dan reuni keluarga. Sekaligus mengunjungi dua anak yang tinggal di kota budaya ini.
Karena ingin ke Yogya sambil refreshing, saya memutuskan untuk naik darat. Dan kalau perjalanan darat ke Yogya, "ritual" yang nggak boleh ditinggalkan adalah makan gudeg ceker Bu Kasno. Untuk itu, saya berangkat dari Surabaya jam 21.00 WIB agar sampai di Margoyudan, gudeg ceker Bu Kasno sudah buka.
Ternyata, rencana itu jadi berantakab karena jalur Surabaya-Yogyakarta hanya bisa merambat mulai dari Nganjuk sampai Ngawi. Apalagi, karena ada perbaikan jalan di jalur Caruban-Ngawi, kemacetan panjang terjadi. Akibatnya, sampai di Gudeg Bu Kasno sudah jam 8.30 pagi, saat warung di pinggir jalan itu dikemasi.
Kecewa? Jelas. Akhirnya, di Solo hanya bisa sarapan Soto Gading yang tidak kalah legendarisnya. Gagal gudeg ceker, terpuaskan dengan soto gading yang dikenal dengan sate brutu dan soto ayamnya ini. Toh, rindu gudeg ceker tak bisa digantikan dan harus tetap dipenuhi saat balik ke Surabaya.
Tapi haruskah balik ke Surabaya tengah malam hanya untuk bisa mampir ke gudeg Bu Kasno? Ada pilihan lain untuk wisata kuliner makan gudeg ceker tanpa harus menunggu dini hari.
Di mana itu? Yakni Gudeg Bu Yati di Keprabon Solo. Tepatnya di persimpangan Jalan Ronggowarsito. Persis di perempatan jalan tak jauh dari Keraton Mangkunegaran.
Berikut 3 alasan mampir ke Gudeg Bu Yati ketika kita berada di Solo.
1. Tanpa Menunggu Dini Hari
Berbeda dengan Bu Kasno, Gudeg Ceker Bu Yati buka sore hari. Mulai dari jam 18.00 sampai dengan 02.00 WIB. Karena itu, jika tidak punya kemampuan melekan hingga tengah malam, kerinduan akan gudeg ceker bisa dipenuhi di tempat Bu Yati. Memang, antreannya juga tidak kalah dengan gudeg Bu Kasno. Namun, ini adalah bagian dari ritual keasikan wisata kuliner. Pada umumnya, tempat makan yang legendaris selalu punya langganan banyak. Akibatnya, antrean untuk bisa makan selalu tak terhindarkan.
2. Cekernya lunak dan sayur daun ketelanya istimewa
Dari segi rasa, gudeg ceker Bu Yati tidak kalah dengan Gudeg Ceker Bu Kasno. Kaki ayam itu bisa dimasak dengan lunak dan rasa bumbunya terasa sampai mendalam. Karena lembutnya, ceker yang banyak tulang itu bisa kita nikmati dengan hanya menyedot dagingnya tanpa mengunyah. Dengan hanya menyedot, tulang-tulang kaki ayam bisa tersisa dan bisa dipisahkan dengan mulut.
Klenyem...klenyem...gurih rasanya.
Bedanya dengan gudeg Bu Kasno, kuah gudeg Bu Yati lebih encer. Sareh atau kuah santan kelapanya tak sekental gudeg Bu Kasno. Kuah encer ini yang membedakan dengan kuah gudeg Bu Kasno. Karena itu, bagi yang tidak suka santan, Gudeg Ceker Bu Yati bisa menjadi pilihan.
3. Tersedia pete yang membuat gairah makan bertambah
Bagi penggemar pete, Gudeg Ceker Bu Yati bisa menjadi pemuas lidah. Di sini disediakan lonjoran pete yang sudah dimasak dengan kulitnya. Dengan demikian, kita bisa mengelupas sendiri dan menjadikan lauk gudeg. Pete ini mengingatkan saya dengan gudeg jembatan Wirobrajan Yogyakarta yang dulu menjadi langganan budayawan kondang Umar Kayam.
Gabungan gudeg yang manis, dengan pete yang gurih dan ceker ayam yang bisa dimakan dengan hanya dikulum menjadikan makan malam di Bu Yati sangat melenakan. Jika tidak terkendali, kita bisa terus menambah makan sampai perut ini kekenyangan.
Silakan mencoba! (arif afandi)