29 Juta Hektare Lahan Pertanian Kering Rentan Terdampak Perubahan Iklim
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut sebanyak 29 juta hektare lahan pertanian kering di Indonesia, rentan terdampak perubahan iklim. Lahan tersebut berpotensi mengalami kekeringan dan gagal panen.
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha, di Jakarta, Senin 13 Mei 2024.
Indonesia memiliki total 60 juta hektare lahan kering, dengan 29 juta hektare di antaranya adalah lahan pertanian.
Lahan pertanian kering memiliki kondisi yang tidak terendam air sepanjang tahun. Sumber airnya umumnya berasal dari tadah hujan atau air dari sumber di luar lahan.
Sehingga, menurut Yudhistira, upaya penyediaan air yang dihubungkan dengan perubahan iklim menjadi sangat penting dalam pengelolaan lahan kering tersebut.
Seperti program pompanisasi Kementerian Pertanian dirancang untuk meningkatkan indeks pertanaman, termasuk untuk sawah tadah hujan.
Kementerian Pertanian menyebut dari 7,5 juta hektare sawah di Indonesia ada sebanyak 36 persen berupa sawah tadah hujan.
BRIN Sebut Perubahan Iklim
Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Ahmad Suriadi menyebut, fenomena perubahan iklim di antaranya dalam bentuk naiknya suhu antara 1-2 derajat Celsius.
Kondisi ini menyebabkan produksi padi turun hingga 50 persen. Selain itu, juga memicu ledakan serangga penggangu tanaman yang berdampak gagal panen.
"Ledakan hama belalang kembara yang di Nusa Tenggara Timur beberapa tahun lalu adalah salah satu gejala akibat perubahan kelembaban dan suhu yang cepat. Meluluhlantakkan tanaman jagung dan tanaman-tanaman lain," kata Ahmad dikutip dari Antara.
Dibutuhkan investasi dalam riset dan upaya kolaborasi untuk membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan di tengah perubahan iklim.