27 Warga Banyuwangi Sakit Demam Berdarah, 1 Meninggal
Di awal tahun 2022 ini, Banyuwangi terjadi lonjakan kasus penyakit demam berdarah. Sejak awal Januari 2022 tercatat 27 orang terjangkit penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ini. Dari jumlah ini ada pasien yang meninggal.
“Ada 27 orang dan 1 meninggal selama Januari 2022,” jelas Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat.
Dia menyatakan, pada awal tahun ini, memang terjadi indikasi peningkatan kasus demam berdarah di wilayah Banyuwangi. Namun menurutnya, kecenderungan peningkatan itu tidak hanya terjadi di Banyuwangi tetapi juga di beberapa wilayah Jawa Timur.
“Ini ada indikasi peningkatan kasus (demam berdarah) di Banyuwangi dan juga beberapa daerah di Provinsi Jawa Timur,” tegas Amir Hidayat.
Untuk mengantisipasi peningkatan kasus demam berdarah yang lebih tinggi, menurut Amir, Dinas Kesehatan telah menerbitkan Surat Edaran kepada seluruh Camat, Desa dan Kelurahan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap demam berdarah terutama pada aspek pencegahannya.
“Kita minta gerakan 3M di setiap Jumat pagi dengan tag line Gertak BSM, gerakan serentak berantas sarang nyamuk,” ungkap Amir Hidayat.
Melalui gerakan BSM ini, Pemkab Banyuwangi melalui Pemerintah Daerah meminta seluruh penampungan air di kuras setidaknya satu minggu sekali. Dengan melakukan hal ini, jika ada jentik pada genangan air tidak sampai berkembang menjadi nyamuk.
“Artinya, dengan tidak adanya nyamuk, mata rantai penularan demam berdarah terputus,” tegas Amir Hidayat.
Untuk penampungan air yang tidak mungkin dikuras, lanjutnya, maka harus ditutup. Biasanya, kata Amir, yang paling rawan adalah sampah yang pada saat hujan memungkinkan menjadi tempat penampungan air.
“Yang seperti itu kita minta dikubur atau di bersihkan. Maka gerakan serentak di setiap Jumat itu yang kita harapkan dapat menutup rantai penularan aedes aegypti sebagai faktor demam berdarah,” pungkas Amir Hidayat.
Advertisement