25 Provinsi Dianggap Potensi Penularan COVID masih Tinggi
Anggota Tim Advokasi Vaksinasi COVID-19, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sekaligus anggota Indonesian Technical Advisory Group on Immunization/ (ITAGI), Soedjatmiko mengataskan meski sudah vaksinasi tapi disiplin menerapkan protokol kesehatan tetap harus dijalankan oleh setiap individu.
“Walau sudah vaksinasi dua atau tiga kali, tetap harus berusaha membendung jangan sampai virus COVID masuk ke dalam saluran napas dan pencernaan kita dalam jumlah banyak,” tutur Soedjatmiko. .
Vaksinasi dan prokes harus dilaksanakan berdampingan guna memberikan perlindungan lebih optimal, sehingga sudah divaksinasi bukan menjadi alasan untuk lengah protokol kesehatan. Terlebih, dikatakan Soedjatmiko, walaupun cakupan vaksinasi COVID-19 secara nasional per 28 Februari 2022 mencapai 69 persen untuk dosis kedua, akan tetapi hanya 9 provinsi yang cakupannya lebih dari 70 persen.
“18 provinsi cakupan vaksinasi 2 kali sekitar 50 sampai 69 persen, serta 7 provinsi di bawah 50 persen. Ini dengan kemungkinan belum merata di tingkat kabupaten atau kota kecamatan dan desa. Berarti di 25 provinsi masih dapat terjadi penularan yang luas dan cepat,” papar Soedjatmiko yang juga menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain percepatan vaksinasi dosis primer di wilayah-wilayah tersebut, vaksinasi booster atau penguat juga harus dilaksanakan guna meningkatkan kembali imunitas, agar tidak mudah terinfeksi virus
COVID-19. Soedjatmiko menjelaskan, untuk lansia dan dewasa, setelah 3 bulan vaksinasi COVID-19 dosis kedua, kemungkinan sebagian kekebalan mulai menurun.
“Sehingga walaupun sudah disuntik vaksin dua kali, masih dapat tertular COVID-19 walau umumnya ringan. Kecuali lansia, mereka yang memiliki komorbid, atau kalau jumlah virus sangat banyak, maka berpotensi sakit berat atau meninggal,” ungkapnya.
“Terutama lansia harus segera di-booster setelah 3 bulan mendapatkan vaksinasi kedua,” kata Soedjatmiko.
Hal ini, karena vaksinasi COVID-19 pada lansia per 28 Februari 2022 baru mencapai 53,5% untuk dosis kedua, sedangkan dosis ke 3 (booster) baru mencapai 6,2%, sehingga kelompok lansia paling
berisiko sakit berat atau meninggal karena COVID-19.