233 Mahasiswa Papua Digelandang ke Mapolrestabes Surabaya
Sebanyak 233 orang mahasiswa yang berada di Asrama Mahasiswa Papua di Kalasan, Tambaksari Surabaya, Minggu 2 Desember 2018 dini hari, digelandang ke Mapolrestabes Surabaya.
Pengacara pendamping Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Veronica Koman mengatakan insiden pengangukutan ini mulanya terjadi Sabtu 1 Desember 2018 pukul 23.00 WIB. Saat itu ratusan personil kepolisian mulai berdatangan ke asrama.
"Jam 23.00 malam itu tiba-tiba ada truk-truk polisi datang, saat itu polisi memberitahukan bahwa anak-anak mahasiswa Papua ini harus keluar Surabaya saat itu juga, tengah malam," kata Veronica saat dikonfirmasi.
Dari hasil perundingan Veronica, diketahui polisi meminta ratusan mahasiswa Papua ini untuk segera meninggalkan Kota Surabaya saat itu juga, dengan alasan kepolisian mengkhawatirkan akan terjadinya kericuhan.
Menurut Veronica, alasan kepolisian meminta mahasiswa Papua untuk segera meninggalakan Surabaya, kurang masuk akal. Lantaran baginya hal itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu tengah malam pula.
"Kurang masuk akal, takut ada kericuhan katanya, jadi harus keluar dari Surabaya. Padahal di negoisasi itu juga hari Minggu ini teman-teman memang sudah mau pulang kok," katanya
Veronica mengatakan, karena pihaknya tak bisa memenuhi permintaan polisi itu, maka ratusan mahasiswa Papua itupun diangkut ke Mapolresta Surabaya pukul 01.00 WIB.
"Polisi tidak ada pilihan, polisi datang juga dengan truk-truk, seperti sudah siap untuk mengangkut. Proses pengangkutan terjadi sampai pukul 01.00 dini hari tadi, dengan truk polisi, tidak ada insiden," kata dia.
Hingga kini ratusan mahasiswa Papua itu masih mendekam di Mapolrestabes Surabaya. Veronica mengatakan dirinya juga terus melakukan pendampingan terhadap mereka.
Sebelumnya, pada Sabtu 1 Desember, kemarin ratusan mahasiswa Papua yang datang dari seJawa-Bali ini berkumpul di Surabaya, untuk melakukan unjuk rasa memperingati 57 tahun Kemerdekaan Papua Barat, di sepanjang Jalan Pemuda Surabaya.
Namun, unjuk rasa damai itu, sempat diwarnai perlawanan oleh massa tandingan yang kontra dengan mahasiswa Papua. Alhasil bentrok pun terjadi, akibatnya 16 orang luka-luka, tiga di antaranya mengalami pendarahan di bagian kepala. (frd)