23 Tahun Mengetuk Pintu Langit, Komitmen Ny Sinta Nuriyah Bersama Dhuafa dan Kaum Marginal
Telah bertahun-tahun Nyai Hj Sinta Nuriyah, istri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), telaten berkeliling Nusantara di setiap Ramadan. Sebagai komitmen bersama kaum dhuafa dan kaum marginal melalui kegiatan sahur bersama.
Pada Minggu (16 Maret 2025) dini hari, giliran sahur bersama itu bertempat di Pondok Pesantren (Ponpes) Internasional Al Illiyin, Desa Sumberwaru, Kecamatan Wringinanom, Gresik.
‘’Saya punya program sahur bersama dengan kaum duafa dan kaum marginal ini sejak saya mendampingi Gus Dur di Istana Negara dulu. Jadi, sampai sekarang lebih kurang 23 tahun,’’ kata Bu Nyai Sinta.
Hal itu diungkapkannya di hadapan ribuan jemaah dari berbagai elemen masyarakat. Tidak hanya dari Gresik, peserta juga datang dari Jombang, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan.
Bukan tanpa dasar Bu Nyai Sinta terus istiqamah keliling untuk sahur bersama tersebut. Dia menyebut, kalau berbuka tujuannya adalah membatalkan puasa. Berbeda dengan sahur.
Mengetuk Pintu Langit
‘’Kalau mengajak bersahur? Saya ingin mengetuk hati saudara-saudara saya yang beragama Islam, yang sedang berpuasa, untuk bersama-sama membuka pintu langit yang waktunya di sepertiga malam,’’ ujarnya,
Karena itu, Bu Nyai Sinta memilih untuk mangadakan sahur bersama tersebut. Bukan berbuka puasa bersama. Dalam kesempatan itu, perempuan kelahiran Jombang, 8 Maret1948, itu juga menerangkan hakikat puasa dengan bahasa sederhana.
“Puasa seharusnya menjadi proses revolusioner yang mampu mengubah sikap dan perilaku seseorang menjadi lebih baik, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun sesama,” katanya sambil mengutip Surat Al-Baqarah Ayat 183.
Ibu empat anak itu juga selalu menyelipkan pesan-pesan pentingnya persatuan dan kesatuan. Kendati ada perbedaan seperti suku dan lainnya, namun tetap Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Sebelumnya, Bu Sinta pun sempat bertanya kepada para jemaah dengan nada humor. ‘’Bolehkah rebutan pacar?’’ spontan sejumlah hadiran menjawab boleh dengan tertawa.
‘’Bolehkah rakyat rebutan kursi? Boleh, menurut saya. Asalkan dengan syarat tidak dibuat untuk memecah belah rakyat Indonesia,’’ tegasnya.
Di akhir nasihatnya sebelum melaksanakan sahur, Bu Nyai Sinta mengajak jemaah untuk bersama-sama melantukan syair yang biasa dilakukan Gus Dur saat berceramah semasa hidup. Yakni, Ilahilastulil Firdaus (Syair Abu Nawas). Ribuan jemaah pun melantukannya. Suasana pun terasa khidmat.
Sebagai informasi, Ponpes Internasional Al-Illiyin di Sumberwaru itu menjadi salah satu tempat terselenggaranya Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) yang digelar Konunitas GUSDURian Kabupaten Gresik kali pertama.
Semangat dan Kerinduan
Saat itu, KPG langsung dihadiri Koordinator Jaringan Nasional GUSDURian Alissa Wahid, yang merupakan salah seorang putri Gus Dur.
Dengan semangat dan kerinduan itulah, Komunitas GUSDURian Gresik beserta jejaring lintas iman, rumah ibadah, organisasi masyarakat sipil, dan pemuda, serta Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Gresik bergotong-royong menyukseskan kegiatan sahur bersama Bu Nyai Sinta.
‘’Kegiatan ini juga bagian dari wujud kita memegang teguh 9 Nilai Utama dari Gus Dur,’’ ujar Mujiburrohman, penggerak komunitas GUSDURian Gresik.
Kegiatan sahur bersama itu juga dikemas dengan konsep zero waste. Selama ini, komitmen zero waste juga menjadi salah satu nilai yang diajarkan Ponpes Al Illiyin dengan bekerja sama dengan Tim Gresik Kawasan Merdeka Sampah (GKMS).
‘’Kami terima menyampaikan terima kasih atas kunjungan Bu Nyai Sinta dan semua yang hadir dan membantu acara sahur bersama ini,’’ kata Abuya Ahmad Yani Illiyin, pengasuh Ponpes Internasional Al Illiyin.
Advertisement