2050 Cup Robusta Sumawe Dibagikan Free
Robusta. Ini adalah jenis kopi yang sangat populer. Saking populernya sebagian masyarakat di ndeso (maaf, di pedesaan maksudnya, red), robusta selalu bercampur dengan biji-bijian yang lain.
Apa itu? Jagung yang paling umum. Beras urutan kedua. Karak urutan berikutnya. Kacang hijau urutan yang cukup jarang. Urutan yang nyleneh adalah yang dicampur dengan biji salak. Jadi, ketika biji kopi diproses sangrai, dimasukkanlah biji-bijian yang lain itu.
Maka, di warung, ada istilah kopi murni dan kopi tak murni. Kopi murni jelas biji kopi yang digoreng tanpa campuran. Lawannya, yang tak murni, pasti campurannya ada di antara itu.
Sebab itu, di warung-warung kopi tradisional (maaf, cukup identik dengan warung pinggir jalan, red) biasanya menyediakan dua toples penyimpanan kopi. Murni dan tak murni. Penjualnya, biasanya, juga selalu dengan kenes bertanya, "Mau kopi yang apa pak, mas, dik, bu, mbak? Mau yang murni atau yang biasa?"
Kata "biasa" dari penjual, itu mengacunya pasti pada kopi yang tak murni. Berbeda terbalik dengan kata biasa yang diucapkan masyarakat Sumbermanjing Wetan alias Sumawe yang menggelar Festival Kopi Sumawe 25-26 September 2017 kemarin.
Kata biasa disini adalah biasa ngunjuk/minum kopi murni. Bagaimana tidak murni, Sumawe ini adalah penghasil kopi robusta terbesar se-Malang Raya. Bahkan, di Jawa Timur. Maka, akan menjadi aneh bin ajaib kalau masyarakatnya minum kopi campuran dengan biji yang lain.
Bambang Susilohadi, THLTBPP penyuluh Sumawe, Sugeng Eko Hadi Prayitno, THLTBPP yang energik, Yohanes Mantri Tani Sumawe, PPL Sumawe Haji Marjuki adalah sukses dibalik acara Festival dan Lomba Citarasa Kopi Sumawe 2017.
Menurut mereka, para pendekar Sumawe ini, Kopi Sumawe harus punya identitas. Wajib dikenal oleh masyarakat luas di negeri ini. Tidak lantas, orang tahunya hanya Kopi Dampit. Kopi Sumawe keluar lalu label namanya jadi Kopi Dampit.
"Kita sih iri. Tapi iri yang positif. Iri yang membangun. Agar memacu kita untuk bekerja keras lagi. Agar Kopi Sumawe memiliki identitas sendiri. Bayangkan, Sumawe ini memiliki tak kurang dari 7500 hektar lahan kopi, tapi begitu keluar nama kopi Sumawe tidak pernah ada," kata Bambang Susilohadi.
Sementara itu Pak Mantrinya, Yohanes, menuturkan, festival ini masyarakat Sumawe yang membuat. Para petani yang gandeng renteng urunan. Urunannya macam-macam, ada yang kopi, ada yang jajanan, ada yang mempersilakan rumahnya jadi dapur umum, ada para barista yang dengan sukarela menghandel lomba kopi dari komunitas Rebak Kedaulatan, dan seterusnya. Pokoknya acara Sumawe ini ada karena Kopi Suwame harus ikut mewarnai dunia perkopian Indonesia. Serunya, ndilalah Pak Rendra Kresna, Bupati Malang, ikut juga datang.
Festival Kopi Sumawe yang dipusatkan di Desa Sekarbanyu tidak boleh tidak adalah publikasi yang mengharukan sekaligus cetar membahana dari para petani kopi. Jangkauan wilayahnya yang sebagian besar cukup masuk ke pegunungan memang membuatnya bermasalah.
Kopi Sumawe yang sebenarnya sangat mewarnai kopi robusta di nusantara tidak begitu terdengar. Tidak kelihatan. Seperti nyempil di bawah pohon. Intip-intip di seberang jalan. Selebihnya, yang terdengar membahana, adalah Kopi Dampit.
Secara teritori, Kecamatan Dampit, memang lebih menguntungkan. Bisa ditempuh dari mana-mana. Dekat dengan pusat kota Malang. Bisa ditempuh mulus dari Lumajang.
Bergeser sedikit sudah masuk Kabupaten Blitar. Bisa menjadi akses kopi dari jalur Selatan. Menguntungkan lagi, hampir seluruh gudang kopi, pengepul kopi, pabrikan kopi, eksportir kopi berada di Dampit. Lalu kopi dari wilayah Amstirdam (Ampelgading, Sumbermanjing, Tirtoyudo, Dampit) seperti secara otomatis terbranding dengan Kopi Dampit.
"Tenang saja. Suantai saja. Adem saja. Soal kopi dan branding kopi kadang bikin mumet. Itu cerita lama, mungkin juga sejarah lama. Orang tahunya memang kopi Dampit. Sebab itu, bagaimana kita, orang Sumawe, petani kopi Sumawe bergerak Unjuk gigi kalau perlu. Hiiiii begini kalau perlu (adegan memperlihatkan gigi, red). Nah, membagi kopi 2050 gelas apa ini tidak unjuk gigi. Kita hanya perlu kreatif dan masif berpublikasi. Membuat acara. Sembari menyempurnakan proses kopi dengan baik. Begitu orang tahu Kopi Sumawe super josss, orang akan gulung koming sendiri mencari Sumawe," optimis Sugeng yang juga aktif di KTNA Kabupaten Malang. widikamidi
Advertisement