2 Hal Ini Menjadi Tantangan Dakwah Islam di Taiwan
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Taiwan menggelar Festival Halal Internasional yang berkolaborasi dengan Asia University, Taiwan pada Selasa 30 April 2019. Kegiatan ini merupakan yang kali pertama diadakan di kampus wilayah Kota Taichung.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dan dukungan dari berbagai komunitas muslim dari berbagai negara, seperti India, Thailand, Afrika, dan beberapa komunitas muslim dari eropa di Taiwan.
Menurut Okto Cahyadi, Ketua Panitia pelaksana kegiatan ini, acara AU-Halal Festival ini merupakan upaya Muhammadiyah Taiwan untuk mengenalkan Islam kepada mahasiswa lokal bahwa Islam merupakan agama yang penuh kasih sayang dan cinta damai.
“Islam bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan maupun ekstremisme seperti yang selama ini banyak distigmakan oleh media-media asing,” katanya, dalam keterangan diterima ngopibareng.id.
Ia menambahkan, di Taiwan, Islam merupakan agama minoritas. Pemeluknya tidak lebih dari 1 persen dari jumlah populasinya. Namun Islam mampu hidup berdampingan dengan berbagai pemeluk agama lain di Taiwan.
“Ini membuktikan bahwa Islam dan Taiwan merupakan 2 entitas yang saling mendukung agar tercipta kehidupan yang harmoni di negeri non-Muslim sekalipun”, ungkap Okto.
“Islam bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan maupun ekstrimisme seperti yang selama ini banyak distigmakan oleh media-media asing,” kata Okto Cahyadi.
Selain itu, menurut Okto, kegiatan ini juga menjadi jembatan untuk mengenalkan gaya hidup sebagai seorang Muslim.
“Selama ini masyarakat lokal hanya tau bahwa muslim itu tidak boleh makan daging babi dan minum alkohol. Padahal selain 2 hal tersebut, masih banyak hal-hal yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh muslim sebagai bagian dari ajaran Islam” pungkasnya.
Acara ini juga menampilkan kegiatan Moslem fashion show. Dalam peragaan busana muslim ini, para pesertanya merupakan mahasiswa-mahasiswa asing dari berbagai negara. Mereka mengenakan busana muslim dari berbagai negara, seperti Indonesia, India, maupun khas timur tengah yang juga memakai burka sebagai penutup wajahnya.
Menurut Ketua PCIM Taiwan, Ahmad Syauqi, peragaan busana ini menjadi menarik karena pesertanya merupakan mahasiswa non muslim namun mereka mau berpartisipasi di kegiatan ini.
“Mereka nampak sangat antusias dalam memeragakan busana-busana muslim ini dan tidak canggung” ungkap Yoki.
Para pengunjung AU-Halal Festival juga diberikan kesempatan untuk mencoba mengenakan pakaian muslim dan berswafoto di tempat yang telah disediakan.
Kemudian Dalam sambutannya, Dean of International College of Asia University, Prof. Yinghuei Chen mengungkapkan bahwa ia sangat senang dengan diadakannya kegiatan ini. Ini merupakan kegiatan positif yang akan terus didukung pelaksanaannya oleh Asia University sebagai upaya membangun pemahaman yang baik tentang Islam dan multikulturalisme.
“Ke depan, Asia University akan terus bersinergi dengan Muhammadiyah, khususnya di Taiwan untuk mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan positif untuk membangun kehidupan yang harmoni antar pemeluk agama khususnya di Asia University,” ujarnya.
Kegiatan yang didukung UMY, UMKT, UMM, dan Unisa Yogyakarta ini mendapat sambutan meriah dari mahasiswa lokal dan internasional. Terdapat sekitar 500 orang yang mengunjungi berbagai stand di acara AU-Halal Festival ini, seperti stand mengenal huruf hijaiyah, stand makanan halal dari berbagai negara, stand belajar kaligrafi arab, hingga stand belajar mengenal islam secara lebih mendalam.
Kegiatan ini diakhiri dengan deklarasi Islam Damai. Deklarasi ini untuk menegaskan bahwa Islam adalah agama yang toleran terhadap lainnya. Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa hidup dalam harmoni dan penuh toleransi.
Deklarasi ini dibacakan oleh Kepala Kantor Muhammadiyah Taiwan di Taichung, Sobar Jauhari. Kedepan, kegiatan ini akan dijadikan agenda rutin tahunan dan akan memperluas skup cakupannya. (adi)