2 Bulan, 41 Warga Banyuwangi Kena Demam Berdarah 2 Meninggal
Tren penularan kasus demam berdarah di Banyuwangi masih belum kunjung turun. Data terbaru, pada bulan Februari hingga awal Maret ini sudah ada dua pasien demam berdarah yang meninggal. Jumlah kasusnya, Februari hingga awal Maret sudah mencapai 41 kasus demam berdarah.
Pelaksana Tugas Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat menyatakan, pada bulan Februari kasus demam berdarah trennya masih relatif meningkat. Februari ini terdapat 36 warga Banyuwangi yang terjangkit demam berdarah dan salah satunya meninggal. “Ini di bulan Maret sudah ada satu yang meninggal, sudah ada 5 kasus yang positif,” terang Amir Hidayat, Jumat, 11 Maret 2022.
Sebelumnya Dinas Kesehatan menyebut selama bulan Januari 2022 terdapat 27 orang yang terjangkit penyakit yang ditularkan nyamuk aedes aegypti ini. Pada bulan Januari itu, satu warga yang terjangkit demam berdarah meninggal dunia.
Amir menambahkan, seluruh kasus demam berdarah harus menjalani perawatan. Karena sampai sekarang penyakit ini masih belum ada obatnya. Oleh karena itu pihaknya meminta masyarakat untuk melakukan pencegahan dari penularan penyakit demam berdarah ini. “Ini yang menjadi perhatian untuk semua warga. Harapannya kami bisa meningkatkan pemberantasan sarang nyamuk,” ujarnya.
Dia menegaskan, masa perkembangan nyamuk aedes aegypti mulai dari telur sampai dengan menjadi nyamuk itu 7 hari. Maka berdasarkan hal ini, sebenarnya memutus rantai penularan aedes itu bisa dilakukan dengan melaksanakan Gerakan Serentak pemberantasan sarang nyamuk (Gertak PSN).
Kegiatan ini bisa dilakukan satu minggu sekali dengan melakukan 3 M plus. Yakni menguras tempat penampungan air, menutup penampungan air supaya tidak menjadi tempat bersarang dan bertelur nyamuk aedes aegypti dan membersihkan seluruh tempat yang pada saat musim hujan memungkinkan menjadi tempat penampungan air. “Ini yang harapannya bisa digerakkan sebagai langkah pencegahannya,” tegasnya.
Dia menambahkan, jika ada tempat penampungan air yang tidak bisa dikuras, masyarakat diminta menghubungi Puskesmas terdekat untuk mendapatkan abate. Pihak Puskesmas akan melakukan abatisasi untuk memberantas sarang dan jentik nyamuk. “Dengan seperti ini tidak akan menjadi tempat sarang nyamuk,” tegasnya.
Dijelaskannya, setiap kali ditemukan kasus demam berdarah, maka Dinas Kesehatan akan melakukan surveillance untuk melakukan penyelidikan epidemiologi ke radius 100 meter di tempat kejadian. Jika dalam penyelidikan epidemiologi ditemukan banyak jentik nyamuk maka akan dilakukan fogging.
Untuk pelaksanaan fogging juga bisa dilakukan saat ditemukan warga yang mengalami panas tinggi selama dua hari meski belum ada diagnosa dokter apakah warga tersebut menderita demam berdarah atau tidak. “Kalau memenuhi syarat itu maka bisa difogging,” katanya.
Namun menurutnya, fogging ini masih memiliki risiko bagi masyarakat sekitar. Sebab bahan yang digunakan untuk fogging ini adalah bahan kimia berupa insektisida. “Jadi fogging itu juga insektisida, bahan kimia juga berisiko maka harapannya Gertak PSN itu menjadi alternatif pertama,” pungkasnya.