2,26 Triliun Dolar Ludes, Dana Perang AS di Afghanistan
Amerika Serikat telah menghabiskan $2,26 triliun untuk perang di Afghanistan sejak 2001 hingga tahun fiskal yang berakhir pada September 2021. Itu adalah anggaran yang dihabiskan oleh Departemen Pertahanan dan Departemen Luar Negeri bersama dengan perkiraan bunga pinjaman perang dan perawatan untuk veteran AS.
Demikian dilansir COSTS of War Project dari Watson Institute of International and Public Affairs di Brown University, dikutip Kamis, 19 Agustus 2021.
Laporan itu juga mengatakan, 241.000 nyawa hilang sebagai akibat langsung dari perang. Secara keseluruhan, 2.448 warga sipil militer dan Departemen Pertahanan AS tewas dalam konflik tersebut, serta 1.144 tentara sekutu.
69.000 Personel Pasukan Afghanistan Tewas
Laporan tersebut memperkirakan, hingga 69.000 personel pasukan keamanan Afghanistan tewas, bersama dengan 72 wartawan dan 444 pekerja bantuan kemanusiaan.
Selain itu, para penulis mencatat bahwa jumlah kematian tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh penyakit, hilangnya akses ke makanan, air, infrastruktur atau akibat tidak langsung lainnya dari perang.
Taliban Janjikan Hak-hak Perempuan
Setelah beberapa hari menguasai kota Kabul, milis Taliban bersiap melakukan transisi kekuasaan. Taliban mengatakan pada hari Selasa 17 Agustus 2021 bahwa mereka menginginkan hubungan damai dengan negara-negara lain dan akan menghormati hak-hak perempuan dalam kerangka hukum Islam, saat menggelar jumpa pers resmi pertama sejak merebut Kabul.
Pengumuman Taliban, dengan perincian singkat yang menunjukkan garis lebih lunak daripada pemerintahan 20 tahun lalu, keluar saat Amerika Serikat dan sekutu Barat kembali mengevakuasi diplomat dan warga sipil sehari setelah kekacauan di bandara Kabul saat warga Afghanistan memadati landasan pacu.
"Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal," kata juru bicara utama gerakan itu, Zabihullah Mujahid, dikutip Reuters, Rabu 18 Agustus 2021.
Perempuan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar dan "akan sangat aktif dalam masyarakat tetapi dalam kerangka Islam," tambahnya.
Peluang Kerja Sama Uni Eropa
Sementara, Uni Eropa menegaskan mereka hanya akan bekerja sama dengan Taliban jika kelompok tersebut menghormati hak-hak fundamental, termasuk hak-hak perempuan, dan mencegah wilayah Afghanistan digunakan oleh teroris, kata kepala kebijakan luar negeri blok itu, Selasa.
Josep Borrell menguraikan sikap Uni Eropa dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan darurat para menteri luar negeri Uni Eropa untuk membahas direbutnya ibukota Afghanistan Kabul oleh Taliban.
"Saya belum mengatakan bahwa kami akan mengakui Taliban," kata Borrell pada konferensi pers. "Saya baru saja mengatakan bahwa kita harus berbicara dengan mereka untuk segalanya, bahkan untuk mencoba melindungi wanita dan anak perempuan. Bahkan untuk itu, Anda harus berhubungan dengan mereka."
Borrell mengatakan prioritas UE adalah mengevakuasi staf UE dan pembantu Afghanistan dari Kabul. Dia menyebutkan jumlah penduduk setempat yang telah bekerja untuk UE hampir 400 orang, termasuk keluarga mereka.
Bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan, tetapi bantuan hanya akan diberikan kepada pemerintah Afghanistan jika persyaratannya terpenuhi, kata Borrell.