19 Polisi Tewas, Fakta Burkina Faso Diserang Kelompok Bersenjata
Sedikitnya 20 orang termasuk 19 polisi tewas dalam serangan teroris bersenjata pada Minggu 14 November 2021 di Provinsi Soum di wilayah Sahel, Burkina Faso, negeri di Afrika Barat. Dari jumlah korban sementara, hingga kini belum ada yang klaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Menteri Keamanan Maxim Kone mengumumkan insiden nahas tersebut lewat radio nasional Burkina Faso.
"Operasi sedang berlangsung. Penduduk di daerah itu diundang untuk waspada dan bekerja sama sepenuhnya dengan tentara," kata Kone dalam siaran pers, dikutip laman Xinhua, Selasa 16 November 2021.
Pada Agustus 2021, sebuah kelompok bersenjata juga menewaskan sedikitnya 30 orang dalam serangkaian serangan di desa-desa di utara Burkina Faso.
Kelompok tak dikenal itu menyerang desa-desa dekat kota Markoye sekitar tengah hari pada Rabu 4 Agustus. Mereka kemudian juga menyerang pasukan keamanan yang menanggapi serangan itu, kata kementerian pertahanan negara itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera.
Para korban termasuk 11 warga sipil, 15 tentara dan empat anggota milisi sipil yang didukung pemerintah. Lebih dari 10 penyerang juga tewas, kata pernyataan itu, seraya menambahkan militer telah menguasai kembali daerah tersebut. Selain pembunuhan, ternak pun ikut dicuri dan properti dibakar.
Kementerian mengatakan daerah di mana serangan itu terjadi, "sekarang berada dalam kendali unit militer dan serangan balasan untuk menemukan penyerang sedang berlangsung baik di darat dan di udara."
Serangan Sejak Mei 2021
Sebanyak 480 warga sipil tewas dalam serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Burkina Faso sejak Mei lalu. Jumlah ini diungkap oleh Norwegian Refugee Council (NRC).
Selain itu, NRC juga mencatat terdapat peningkatan jumlah pengungsi dalam beberapa bulan terakhir. Sejak April lalu, lebih dari 275 ribu orang terpaksa mengungsi.
Menurut NRC, rata-rata setiap bulannya 55 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Jumlah ini tiga kali lipat dibandingkan rata-rata pada bulan Oktober 2020 hingga Maret 2021.
"Lambat dan tidak memadainya respons kemanusiaan memaksa orang untuk memilih, antara rasa tidak aman dan kelaparan," kata NRC, dikutip dari AFP.
Menurut NRC, banyak masyarakat yang terkepung serangan dan tidak memiliki makanan di rumah mereka.
NRC pun mengimbau agar pemerintah mengizinkan sejumlah organisasi untuk memberikan bantuan pada daerah-daerah yang terdampak.
Serangan terhadap masyarakat di Burkina Faso ini sudah berlangsung sejak 2015. Serangan ini sering menargetkan pekerja tambang emas.
Serangan yang diduga terkait dengan Al Qaeda dan ISIS ini telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan penduduk di seluruh Burkina Faso, Mali dan Niger mengungsi dalam beberapa tahun terakhir.
Advertisement