Iran Membara! 185 Orang Tewas, Aksi Demonstrasi pun Berlanjut
Iran makin membara. Suasana semakin memanas di negeri para Mullah itu ketika sedikitnya 14 pasukan keamanan tewas selama lebih dari tiga pekan protes. Sedang korban tewas dari warga sipil mencapai 185 orang, yang melakukan aksi demonstrasi. Bermula pada 17 September di pemakaman Mahsa Amini perempuan 22 tahun di kota Kurdi Saqez.
Protes yang dipicu oleh kematian seorang perempuan muda dalam tahanan polisi itu akhirnya berlanjut di seluruh Iran pada hari Minggu lalu. Mereka menentang tindakan keras oleh pihak berwenang, ketika sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan setidaknya 185 orang, termasuk anak-anak, telah tewas dalam demonstrasi.
Protes anti-pemerintah yang dimulai pada 17 September di pemakaman Mahsa Amini yang berusia 22 tahun di kota Kurdi Saqez, telah berubah menjadi tantangan terbesar bagi para pemimpin ulama Iran selama bertahun-tahun. Para pengunjuk rasa menyerukan Pemimpin Tertinggi, Ayatullah Ali Khamenei, untuk lengser.
“Setidaknya 185 orang, termasuk setidaknya 19 anak, tewas dalam protes di seluruh Iran. Jumlah pembunuhan tertinggi terjadi di Provinsi Sistan dan Baluchistan, tercatat setengah dari jumlah korban,” kata Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia, dirilis Arabnews.com dikutip Selasa 11 Oktober 2022.
Agenda Musuh Iran
Pihak berwenang menggambarkan protes sebagai agenda musuh Iran, termasuk Amerika Serikat. Mereka menuduh pembangkang bersenjata antara lain melakukan kekerasan yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 20 anggota pasukan keamanan.
Sebuah video yang dibagikan di media sosial menunjukkan protes di puluhan kota di Iran pada Minggu pagi. Ratusan siswi sekolah menengah dan mahasiswa berpartisipasi meskipun menggunakan gas air mata, dan dalam banyak kasus peluru tajam oleh pasukan keamanan, kata kelompok hak asasi.
Pihak berwenang Iran telah membantah bahwa peluru tajam telah digunakan.
“Jangan Pukul Istriku, Dia Hamil”
Sebuah video yang diposting di Twitter oleh aktivis 1500tasvir yang diikuti secara luas menunjukkan pasukan keamanan bersenjatakan pentungan menyerang siswa di sebuah sekolah menengah di Teheran.
Dalam video lain, seorang pria berteriak “jangan pukul istri saya, dia hamil,” ketika mencoba melindunginya dari polisi anti huru hara di Kota Rafsanjan pada hari Sabtu.
Sebuah video yang dibagikan oleh akun Twitter Mamlekate, yang memiliki lebih dari 150.000 pengikut, menunjukkan pasukan keamanan mengejar puluhan gadis pelajar di Kota Bandar Abbas. Unggahan media sosial mengatakan toko-toko ditutup di beberapa kota setelah para aktivis menyerukan pemogokan massal.
Reuters tidak dapat memverifikasi video dan postingan tersebut. Rincian korban telah keluar perlahan, sebagian karena pembatasan internet yang diberlakukan oleh pihak berwenang.
Sementara itu, kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip peringatan wakil menteri dalam negeri tentang hukuman berat bagi mereka yang disebut perusuh.
Pakaian yang Dinilai Tak Pantas
Amini ditangkap di Teheran pada 13 September karena mengenakan “pakaian yang tidak pantas.” Dia meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit Teheran.
Laporan negara bagian pada hari Sabtu mengatakan Amini telah meninggal karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya. Ayahnya telah meminta polisi bertanggung jawab atas kematiannya. Sementara pengacara keluarga mengatakan, “dokter mempercayai dia dipukuli saat dalam tahanan”.
Sementara Amerika Serikat dan Kanada telah menjatuhkan sanksi pada otoritas Iran, Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan pembekuan aset dan larangan perjalanan pada pejabat Iran.
“Mereka yang memukuli perempuan dan anak perempuan (Iran) di jalan, yang menculik, memenjarakan secara sewenang-wenang, dan menghukum mati orang-orang yang tidak menginginkan apa pun selain hidup bebas – mereka berdiri di sisi sejarah yang salah,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Advertisement