180 Ton Ikan di Danau Toba Mati Mendadak
Sebayak 180 ton ikan yang dibudidaya di Danau Toba mati mendadak. Kerugian para nelayan budidaya akibat kematian ini diperkirakan mencapai Rp2,7 miliar.
Kementeraian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam siaran pers resmi, Rabu 29 Agustus 2018, telah menerjunkan Tim Satuan Tugas Penanggulangan Penyakit Ikan dan Lingkungan ke Danau Toba.
Anggota Tim Satgas Ahmad Jauhari mengungkapkan, berdasarkan monitoring dan penelitian kualitas perairan danau menunjukkan ada tiga dugaan yang membuat ikan mati massal di Danau Toba.
Pertama, terjadi penurunan suplai oksigen bagi ikan. Kedua, kepadatan ikan yang tinggi dan ketiga, keramba jaring apung terlalu dangkal, sementara dasar perairan merupakan lumpur.
Jauhari melanjutkan, suplai oksigen tersebut menurun karena terjadi 'upwelling' (umbalan) atau pergerakkan material di dasar air ke permukaan.
Fenomena 'upwelling' itu sendiri disebabkan cuaca ekstrem yang berakibat perbedaan suhu mencolok antara air di permukaan dan di bawahnya.
"Jadi, 'upwelling' membawa nutrient dan partikel dari dasar perairan ke permukaan. Inilah yang menyebabkan pasokan oksigen untuk ikan menjadi berkurang. Apalagi lokasi keramba jaring apung nelayan itu cukup dangkal dan berlumpur," kata Jauhari.
"Selain itu, kami juga melihat ternyata kepadatan ikan dalam keramba jaring apung terlalu tinggi sehingga sangat mengganggu sirkulasi oksigen," ujarnya.
Tim Satgas merekomendasikan agar masyarakat menghentikan aktivitas di keramba jaring apung untuk sementara waktu, setidaknya selama dua bulan ke depan. Penghentian aktivitas ini demi menunggu recovery perairan agar kondisinya seperti semula.(man)