180 Tahun GPIB Immanuel, Begini Kesan Anies Baswedan
Gubernur DKI jakarta Anies Baswedan mengungkapkan kekagumannya terhadap bangunan Gereja Immanuel Jl Merdeka Timur, Gambir Jakarta Pusat. Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Pusat yang berdiri sejak 24 Agustus 1839, hingga kini masih terawat dengan sangat baik.
"Gereja Imanuel ini salah satu gereja yang bertemu di Nusantara. Diambil dari Orgal, ini adalah salah satu dari Tiga Orgal di Dunia," kata Anies Baswedan, saat menghadiri rapat 180 tahun berdirinya Gedung Gereja Immanuel Jakarta, Minggu, 25 Agustus 2019.
Turut hadir dalam acara tersebut Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Hilmar Farid, Direktur Urusan Agama Kristen Kemenag RI, Janus Pangaribuan, Forum Kerukunan Umat beragama DKI Jakarta, Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel, Pendeta Michiko Pinaria Sharen; Ketua Tim Kerja HUT ke 180 tahun Gedung Gereja Immanuel, Simon Saimima; juga para jamaah GPIB Immanuel.
Anies bersyukur hari ini berada di tengah-tengah jemaat Gereja bersejarah, yang kini berusia 180 tahun. Bangunan Gereja ini menjadi saksi perjalanan yang ada di Jakarta.
"Saya berharap perubahan 180 tahun ini menggariskan komitmen terus merawat bangunan untuk generasi masa depan, agar mereka dapat memanfaatkan gereja ini," pesan Anies.
Ia juga berbicara pentingnya bangsa yang harus berpikir jangka panjang. Karena itu, Anies mengapresiasi generasi sebelumnya yang merawat dan memperbaiki GPIB Imanuel dalam waktu 180 tahun.
Gubernur DKI meminta komitmen untuk mendukung kegiatan dan pemeliharaan Gereja Immanuel karena gereja ini merupakan simbol dari umat Kristiani di Jakarta.
“Kami setuju di Pemprov DKI terus mendukung kegiatan gereja Immanuel, karena gereja ini adalah salah satu simbol juga umat di Jakarta. Dan izinkan saya menyampaikan terima kasih, perayaan sederhana namun maknanya mendalam. Selamat merayakan ujar Anies.
Gereja Immanuel awalnya adalah gereja yang dibangun atas dasar kesepakatan antara umat Reformasi dan Umat Lutheran di Batavia,
Jemaat "Immanuel" Gereja Protestan Indonesia bagian Barat.
Peletakan batu pertama pembangunan Gereja Protestan Immanuel dimulai 24 Agudtus 1835 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst. Empat tahun kemudian, 24 Agustus 1839, pembangunan berhasil diselesaikan.
Bersamaan dengan itu gedung ini diresmikan menjadi gereja untuk menghormati Raja Willem I, raja Belanda pada periode 1813-1840. Pada gedung gereja dicantumkan nama WILLEMSKERK.
Gereja bergaya klasisisme itu bercorak bundar di atas fondasi tiga meter. Bagian depan menghadap Stasiun Gambir. Di bagian ini terlihat jelas serambi persegi empat dengan pilar-pilar paladian yang menopang balok mendatar. Paladinisme adalah gaya klasisisme abad ke-18 di Inggris yang menekan simetri dan perbandingan harmonis.
Serambi-serambi di bagian utara dan selatan mengikuti bentuk bundar gereja dengan membentuk dua bundaran konsentrik, yang mengelilingi ruang ibadah. Lewat konstruksi kubah yang cermat, sinar matahari dapat menerangi seluruh ruangan dengan merata. Menara bundar atau lantern yang pendek di atas kubah dihiasi plesteran bunga teratai dengan enam helai daun, simbol Mesir untuk dewi cahaya.
Orgel yang dipakai berangka tahun 1843, hasil buatan J. Datz di negeri Belanda. Sebelum organ terpasang, sebuah band tampil sebagai pengiring perayaan ibadah. Pada 1985, orgel ini dibongkar dan dibersihkan sehingga sampai kini dapat berfungsi dengan baik.
Gereja Immanuel saat ini adalah bagian dari Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) yang menganut sistem presbiterian sinodal.
Gereja Immanuel dipimpin oleh seorang Ketua Majelis Jemaat Pdt. Nn. Michiko Pinaria Saren, dibantu Pnt. Daniel S. Laotongan (asm)