17 Sifat Terpuji Manusia Menurut Ajaran Islam
Imam Al-Ghazali menyebutkan ilmu muamalah, yaitu ilmu perihal aktivitas rohani atau amaliah batin. Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin membagi secara rinci dua jenis aktivitas atau amaliah batin tersebut, sebagian sifat terpuji dan sebagian sifat tercela.
Imam Al-Ghazali mengatakan, pengetahuan atas hakikat, cakupan, efek, dan pemulihan atas sifat terpuji merupakan ilmu akhirat.
Pengetahuan seperti ini merupakan pengetahuan atas akhirat, dalam arti untuk kemaslahatan yang mengamalkannya di akhirat.
Imam Al-Ghazali lebih lanjut menyebutkan amaliah batin yang terpuji, yaitu sabar, syukur, takut, harap, ridha, zuhud, takwa, qana’ah, murah hati, menyadari anugerah Allah atas segala keadaan (baik maupun tidak baik-baik saja), ihsan, baik sangka, akhlak yang baik, perilaku yang baik kepada orang lain, jujur, dan ikhlas.
Dengan demikian terlaksananya kewajiban akhlak seorang muslim baik kepada Allah, akhlak kepada Rasulullah, akhlak kepada orangtua, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada sesama manusia dan makhluk lainnya dapat terwujud dengan baik apabila pada diri seorang muslim tertanam sifat-sifat terpuji. Adapun sifat terpuji yang harus dimiliki seorang muslim menurut ajaran Islam adalah sebagai berikut :
1. Kesucian Hati (al-ifafah)
Kesucian hati atau hati yang suci merupakan sifat dasar dan utama yang harus dimiliki oleh seorang muslim, karena hati yang suci menjadi dasar bagi sifat-sifat baik yang lainnya. Artinya, tanpa hati yang suci tidak mungkin tumbuh sifat-sifat baik pada diri manusia. Jika hati manusia kotor maka akan tumbuh sifat-sifat tercela. Karena itu Islam memerintahkan setiap muslim untuk memelihara kesucian hatinya. Firman Allah dalam Surah As-Syams ayat 9:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”
2. Benar (ash-shidqah)
Adalah sifat yang baik dan terpuji menurut Islam dan sifat ini akan menentukan status dan derajat seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, karena sifat benar ini akan mendatangkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Yang dimaksud dengan benar ialah jujur dalam perkataan maupun perbuatan. Seperti Firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 119:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
3. Amanah
Amanah ialah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia, maupun tugas kewajiban. Pelaksanaan Amanah dengan baik disebut al-Amin yang berarti ‘yang dapat dipercaya, yang jujur, yang setia, yang aman.’ Sifat Amanah merupakan sifat sangat terpuji dalam ajaran Islam. Karena itu islam dengan tegas memerintahkan setiap orang muslim harga bersikap amanah sepatu terdapat dalam Surah An-Nisa ayat 58.
4. Malu (al-haya’)
Yang dimaksud dengan Malu ialah malu terhadap Allah dan malu kepada Diri sendiri dikala akan melanggar Peraturan-peraturan Allah dan Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam suatu komunitas.
Sifat dan perasaan malu ini merupakan suatu sifat yang terpuji di dalam Islam, karena dengan sifat malu seseorang akan terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk atau yang melanggar peraturan.
Dengan sifat malu pula seseorang akan terdorong untuk terbimbing kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan benar.
5. Adil (al-adl)
Adil dapat diartikan sebagai suatu sikap dan tindakan memberi hak kepada yang berhak.
Sifat adil ini pada dasarnya hanya dituntut kepada mereka yang berada dalam posisi sedang berkuasa atau orang yang sedang dalam posisi menentukan sesuatu. Sifat adil merupakan suatu sifat yang sangat mulia dalam Islam.
Karena itu Allah menyuruhkan Muslim yang sedang berkuasa untuk dapat bersikap adil dalam Qur’an surah An- Nahl ayat 90:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
6. Berani (as-syaja’ah)
Yang dimaksud dengan Berani adalah suatu sikap mental dimana seseorang dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
Jadi, Berani bukanlah dimaksudkan semata-mata dalam perkelahian ataupun dalam peperangan. Orang yang dapat menguasai jiwanya dan hawa nafsunya itulah yang disebut Berani.
7. Rendah Hati (at-tawadlu)
Merupakan sifat yang baik dan terpuji. Dengan sifat ini seseorang akan disenangi oleh orang lain.
Orang yang memiliki sifat rendah hati tidak menunjukkan sikap merasa lebih hebat dari orang lain sekalipun dalam kenyataannya dia lebih mampu dari orang lain orang lain.
Yang memiliki sifat rendah hati tidak akan berlaku sombong dan tidak merendahkan orang lain yang keadaannya di bawahnya.
8. Optimis
Merupakan wujud dari keadaan jiwa yang kuat dan penuh harapan akan mendapatkan keadaan yang lebih baik. Sifat optimis ini merupakan sifat yang terpuji karena dengan sifat ini akan tumbuh semangat untuk merubah keadaan diri.
Karena itu sifat optimis ini haruslah dipelihara dan dibina dalam setiap pribadi muslim sehingga meningkatkan kekuatan jiwanya untuk melakukan kebaikan.
Peningkatan sifat optimis ini dilakukan dengan berbagai cara seperti memperbanyak berfikir positif, memperbanyak amal sholeh, dan melalui doa.
Firman Allah dalam Q.S. Al-Imran ayat 139:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
9. Sabar (as-shabr)
Secara Etimologi Sabar berasal dari bahasa Arab,Shabara,Yashbiru,Shabran. Yang bermakna menahan diri dari kesedihan. Abu Zakaria al-Anshari menyebutkan bahwa sabar adalah kemampuan seseorang mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang disenangi atau yang dibenci.
Muhammad Fethullah Gulen menyatakan bahwa sabar adalah tabah menjalani penderitaan dan nestapa seketika menghadapi berbagai kejadian yang sulit untuk dihadapi dan sulit untuk dihindari. Ibnu Atha menyatakan bahwa sabar adalah menghadapi bala dengan adab-adab yang baik.
Ada peribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis daripada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadhilah atau sifat yang baik dan terpuji.
Sabar adalah suatu sikap mental yang tangguh untuk menerima keadaan atau ketentuan dan menggunakan sesuatu ini miliknya dengan baik. Karena itu sahabat dibagi dalam tiga bentuk:
Sabar ketika menerima suatu ketentuan apakah, berbentuk musibah atau keberuntungan.
Sabar menggunakan segala apa yang dimiliki sesuai dengan peraturan misalnya sabar menggunakan harta yang banyak sesuai dengan kebutuhan yang sebenar-benarnya tidak boros atau menghambur-hamburkannya. Sabar dalam mengerjakan perintah walau banyak menghadapi godaan dan rintangan.
Firman Allah dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Dan Q.S. Az-Zumar ayat 10:
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
10. Zuhud
Muhammad Fethullah Gulen Ulama Turki menyebutkan bahwa Zuhud adalah meninggalkan kenikmatan dunia dan melawan kecenderungan jasmani.
Di kalangan para sufi zuhud dikenal sebagai upaya untuk menjauhi kenikmatan dunia, menghabiskan umur dengan menjalani kehidupan yang semirip mungkin dengan orang yang diet sembari menjadikan taqwa sebagai landasan suluk, menegakkan hati untuk menolak gemerlap nya kehidupan duniawi yang dihadapi, dan menolak keinginan nafsu insan.
Zuhud dapat dijadikan dengan berbagai ciri:
Zuhud tidak mesti miskin, menyantap makanan dan memakan pakai yang tidak layak. Yang paling penting adalah bagaimana seorang sufi dapat menata hatinya tidak terpengaruh oleh kekayaannya.
Tidak bergembira dengan perhiasan dunia juga tidak bersedih dengan kehilangan harta kegembiraan dan kesedihannya hanya bergantung kepada Allah. Pada kondisi apapun seorang sufi akan bergembira karena dia melihat bahwa allah yang melakukannya.
Ketiga seorang sufi tidak senang akan pujian dari orang lain dan tidak pula bersedih dengan cacian orang lain. Dia kan sangat senang dengan hanya pujian allah dan akan sangat bersedih dengan celaan allah.
Orang yang zuhud selalu mengutamakan penghambaan diri kepada Allah. Selain itu dia lebih suka bersama Allah daripada bersama makhluk.
Firman Allah dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 64:
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا اقْتُلُوهُ أَوْ حَرِّقُوهُ فَأَنْجَاهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya: “Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: “Bunuhlah atau bakarlah dia”, lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman”.
11. Tawakkal
Tawakal berasal dari wakala yang bermakna menyerahkan urusan kepada orang lain. Penyerahan urusan kepada orang lain haruslah terlebih dahulu merasa bahwa urusan tersebut pantas diserahkan kepada orang yang bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan Allah orang yang bertawakal haruslah merasa yakin bahwa segala urusan memang pantas diserahkan hanya kepada Allah, bukan hanya karena Dia yang telah menciptakan manusia, tapi Dia juga lah yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan sesuatu dan Dia juga yang menentukan segala sesuatu termasuk apa yang akan terjadi kepada manusia.
Selanjutnya, dalam penyerahan segala urusan kepada Allah harus ada keteguhan hati dan kepercayaan penuh kepada Allah bagaimana mungkin kita meragukan Allah. Demikian orang yang bertawakal kepada Allah harus menyerahkan dirinya dan segala urusannya hanya kepada Allah.
Perintah untuk bertawakal kepada Allah ada di dalam Q.S. At-talaq ayat 3:
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
12. Rida
Secara bahasa rida bermakna rela. Al-Qusyairi menyebutkan bahwa rida kepada Allah adalah rela menerima segala yang telah ditetapkan oleh Allah kepadanya dan tidak sedikitpun menentang ketentuan tersebut dalam hatinya. Firman Allah dalam Q.S. Al-Maidah ayat 119:
قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.”
13. Kasih Sayang (ar-rahmah)
Kasih sayang ar-rahmah merupakan sifat yang sangat terpuji karena sifat ini adalah perwujudan dari sifat ar-rahman Allah kepada semua makhluknya karena itu allah menyuruh setiap manusia memiliki sifat kasih sayang dan memelihara yang sudah diberikan oleh Allah dalam dirinya. Sifat Kasih saying meliputi, Pemurah, Tolong-menolong, Pemaaf, Damai, Persaudaraan, dan Menghubungkan tali kekeluargaan (Silaturahim).
14. Fathanah - Cerdas
Fathanah berarti cerdas. Nabi dan Rasul merupakan manusia yang memiliki kecerdasan baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Nabi dan Rasul cerdas dalam berdakwah hingga berperang.
Mereka memiliki kemampuan menyusun strategi dan berkomunikasi dengan baik. Kecerdasan inilah yang membuat nabi dan rasul berhasil dalam menyebarkan agama Allah.
15. Ar-Rifqu (lemah lembut)
Siti Aisyah Radhiyallahu'anha berkata, Rasulullah suatu kali pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyukai sikap lemah lembut dalam setiap urusan."
Sikap lemah lembut itu dalam bahasa Arab disebut sebagai ar-Rifqu. Dan, ini mempunyai nilai lebih atas kebanyakan akhlak.
Ar-Rifqu ini salah satu amal yang paling disukai oleh Allah.
16. Qana'ah
“Qana’ah” ini dari segi bahasa berarti ‘cukup’ dan ‘merasa puas dengan setiap sesuatu yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan tunduk serta akur dengan karunia-Nya’. Singkatnya, qanaah ini adalah sikap bersyukur akan apa yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan merasa cukup akan semua itu.
Menurut Muhammad Ali Al-Tirmizi, sikap Qanaah ini berupa jiwa yang rela terhadap pemberian rezeki yang telah ditentukan-Nya. Kemudian menurut Abu Abdillah bin Khafif, Qanaah adalah perbuatan meninggalkan angan-angan terhadap sesuatu yang tidak ada dan merasa cukup dengan sesuatu yang telah ada. Sementara itu, menurut Abu Zakaria Ansari mengartikan bahwa Qanaah ini adalah perasaan seseorang bahwa dirinya telah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, terutama dalam pemenuhan keperluan hidup yang berupa makanan, pakaian, dan lain-lain.
"Dari Jabir radhiyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tetaplah kalian semua dengan sikap qanaah, karena sesungguhnya qanaah adalah harta yang tidak pernah habis" (HR. At- Thabarani dalam Mu'jam al-Awsath).
17. Husnuzhan
Husnuzhan adalah salah satu sifat mulia Nabi Muhammad yang disukai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Husnuzhan berasal dari bahasa arab. Husnuzhan terdiri dari dua kata yaitu husnu dan zhan. Husnu memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu baik. Sedangkan zhan memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu prasangka.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa husnuzhan adalah memiliki prasangka baik terhadap sesama manusia, kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan juga semua makhluk yang ada di bumi, sehingga bisa menciptakan hubungan yang baik. Lawan dari sifat husnuzhan adalah berburuk sangka atau suudzhan. Suudzhan adalah berprasangka kepada orang lain dengan hal-hal buruk, padahal hal tersebut belum tentu benar adanya.
Semoga bermanfaat....Wallahu a'lam.