165 Warga Blitar Mengungsi Akibat Bencana Pergerakan Tanah
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 165 warga di lima kecamatan wilayah Kabupaten Blitar mengungsi akibat bencana pergerakan tanah.
Mereka mengungsi di Kantor Desa Binangun dan Kantor Desa Balerejo, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Hasil kaji cepat tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar, fenomena pergerakan tanah itu berdampak pada 27 KK/223 jiwa dan 27 unit rumah warga.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan BPBD Kabupaten Blitar telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna penyelamatan warga, pendataan, dan melakukan pemasangan rambu-rambu peringatan upaya untuk menimimalisir kemungkinan terburuk.
Abdul menambahkan, BPBD akan menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak dan pengungsi pada Minggu, 23 Oktober 2022. Bantuan itu di antaranya logistik pangan, perlengkapan keluarga, dan perlengkapan bayi.
Adapun kendala medan yang dihadapi dalam distribusi bantuan, tidak menyurutkan tim dalam melakukan upaya penanganan darurat. Dia melanjutkan, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Blitar.
"Sementara itu, berdasarkan analisis gerakan tanah dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, termasuk wilayah dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi," pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan analisis gerakan tanah dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, termasuk wilayah dengan potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Menyikapi bahaya gerakan tanah di wilayah Blitar, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk tetap waspada dan siaga terhadap potensi bencana susulan khususnya yang berada di sekitar alur-alur retakan.
Masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah terancam gerakan tanah bisa evakuasi sementara ke tempat yang lebih aman hingga situasi kondusif sesuai dengan arahan pemerintah daerah setempat.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengingatkan dan meminta pemerintah daerah untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem di Indonesia.
Suharyanto meminta agar BPBD dan komponen penanggulangan bencana di daerah mempersiapkan alat, perangkat dan personel untuk menghadapi potensi bencana. Perkuat patroli dan pemantauan di daerah-daerah rawan untuk percepatan respon kedaruratan masyarakat ketika terjadi bencana.
Sementara untuk jangka panjang, Kepala BNPB meminta agar tata kelola lingkungan dilakukan dengan baik agar kejadian bencana seperti banjir tidak terulang kembali.
"Indikator keberhasilan penanggulangan bencana adalah ketika kejadian bencana tidak terjadi lagi di tempat yang sama atau minimal dapat dikurangi dampaknya," kata Suharyanto.
Khusus bagi masyarakat, apabila terjadi hujan lebat dalam durasi lebih dari satu jam, maka masyarakat yang tinggal di bantaran sungai maupun di lereng tebing agar mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.
Pastikan memperoleh perkembangan informasi terkait peringatan dini cuaca dari BMKG dan informasi mengenai penanggulangan bencana dari BNPB, BPBD, TNI, Polri dan lintas instansi lainnya.