16 Daerah Jatim Zona Kuning, Pakar: Harus Dicek Lagi
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Dr Windhu Purnomo berpesan kepada masyarakat untuk tidak terlena dengan kabar baik terkait 16 daerah di Jawa Timur yang sudah masuk zona kuning (risiko rendah), kemudian 22 daerah zona oranye (risiko sedang), serta tidak ada zona merah (risiko tinggi) penyebaran Covid-19.
Hal itu, kata Windhu, tak lain karena masih buruknya sistem testing dan tracing yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.
“Ya harus dicek lagi. Semua yang tampak adalah yang dilaporkan, pertanyaannya testing dan tracingnya itu seperti apa? Karena kalau gak testing dan tracing wajar jadi zona kuning,” kata Windhu kepada Ngopibareng.id.
Testing dan tracing ini memang menjadi sorotan. Sebab dari data yang ada, testing yang dilakukan di Indonesia masih jauh dari harapan karena masih di bawah 3 persen, berbanding jauh apabila dibandingkan dengan India dengan jumlah penduduk 1,4 miliar sudah menyasar 17 persen lebih warga, sehingga lebih terkendali.
“Jumlah testing kita turun tajam, per 1 Maret 2021 testing kita terendah dalam empat bulan terakhir. Padahal, target WHO untuk Indonesia 39 ribu, sedangkan kita hanya 17 ribu per hari, kurang dari separuh dari target minimum,” ungkap Windhu.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair itu memahami, pelaksanaan tracing tidaklah mudah. Pasalnya, tak sedikit orang yang bergejala atau memiliki kontak erat dengan kasus positif yang tidak melakukan tes. Belum lagi banyak orang yang menolak ketika akan dilakukan tracing.
Baginya, itu kegagalan pemerintah dalam melakukan komunikasi publik kepada masyarakat terkait dengan testing dan tracing. Sebab, masyarakat dinilai banyak yang tidak paham pentingnya testing dan tracing dalam menekan kasus Covid-19 di Indonesia.
Walau sudah banyak daerah zona kuning, ia meminta masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan guna untuk mengecah penularan Covid-19.