15 Catatan Arief Yahya dari Shanghai dan New Delhi
Kunjungan kerja Menteri Pariwisata RI Arief Yahya di Shanghai Tiongkok dan New Delhi India kali ini makin terasa selling-nya.
Betul-betul bertemu industri, travel agent, tour operator, sampai menawarkan paket yang sangat teknis.
Ini masuk fase ketiga dari strategi marketing menteri yang pernah memimpin PT Telkom Indonesia itu.
Tahun pertama 2014-2015 menggenjot Branding (B), golnya brand Wonderful Indonesia dikenal di seluruh jagat dan menaikkan peringkat dari tak punya ranking menjadi posisi 47, dari 141 negara.
Memasuki fase kedua, 2016-2017, mulai bermain Advertising (A). Sudah mempersuasi khalayak dunia dengan berbagai channel media, untuk berwisata menikmati Pesona Indonesia.
Fase ini sukses, dan jumlah wisman terus bergerak signifikan. Dari 9,3 juta di 2014, 10,4 juta di 2015, 12 juta di 2016, dan 14 juta di 2017.
Fase ketiga kali ini, memperkuat selling (S). Sudah mulai berhitung cost per pax, sama yang dilakukan banyak negara untuk mendatangkan wisman.
“Saya selalu berawal dari akhir! Berpikir dari target atau proyeksi,” sebut Menteri Arief Yahya.
Menpar mengatakan, jika ingin merebut pasar global, tidak ada pilihan lain, kita juga harus siap bersaing di level dunia. Ingat, Sun Tzu, kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan pertempuranmu, maka kau akan memenangkan peperangan!
“Dalam bahasa marketing, kenali customers mu, kenali produkmu, kenali persaingan pasarmu, maka kau akan memenangkan persaingan!” kata Arief Yahya.
Implementasi yang dilakukan Menpar Arief Yahya sangat sistematis. Dalam lawatan di dua negara ini sangat terasa. Yang dikunjungi bukan lagi Travel Mart, Expo atau Kerjasama G to G (Government to Government) lagi. Tapi mendorong ke B to B, matching business to business.
Sedikitnya ada 10 Catatan Penting dalam kunker kali ini. Pertama, bertemu Ctrip di Shanghai, langsung “berjualan” ViWI 2018. Visit Wonderful Indonesia yang di dalamnya ada 3 unsur, yakni Hot Deals, Calendar of Events dan Destinasi Digital.
“Khusus hot deals, di Kepri atau Batam Bintan dan Jakarta Weekend Deals atau Jakdeals, dua-duanya layak jual dan cepat direspons,” kata Arief Yahya.
Kedua, Ctrip adalah Online Travel Agent terbesar di Tiongkok dengan market share 70%. Ctrip sudah berdiri sejak 1999 dan IPO di Nasdag USA, menjadi OTA pertama dan terkuat di Negeri Tirai Bambu itu. 70% anak-anak muda di sana sudah Look, Book, Pay, melalui digital, dan 70% transaksinya menggunakan smartphone.
Ketiga, Menpar Arief Yahya mencatat, fakta-fakta soal digital itu semakin memperkuat, rumus yang sudah diucapkan 3 tahun silam. The more digital, the more global. The more digital the more personal. The more digital, the more professional!
Keempat, dia berterima kasih kepada Ctrip yang diterima CEO Destination Marketing CTrip Ms. Jane Qian, 5 Mei 2018. Dalam mesin big data Ctrip, Bali berhasil mencuri perhatian travellers Tiongkok. Bali bikin jatuh cinta wisatawan China, dan memenangi 3 penghargaan sekaligus.
Bali menjadi Peringkat 1 The Best Honeymoon Destination. Bali juga Top 10 The Best Destination Worldwide (peringkat 4). Dan Bali masuk Top 10 The Best Luxury Destination (peringkat 4). Ini berarti, Branding dan Advertising untuk market Tiongkok selama ini sukses.
Kelima, catatan Menpar Arief Yahya, masuk akal juga jika 2017 turis asal Tiongkok nomor satu, mengalahkan Singapore, Malaysia, Australia, Jepang, Korea. Tiongkok naik secara jumlah atau size, menjadi 2,2 juta wisman. Tiongkok juga baik secara growth atau sustainability, dengan pertumbuhan 40%, tertinggi.
Keenam, catatan Arief Yahya, jumlah wisman Tiongkok yang ke Indonesia itu, masih jauh dari total outbound mereka. Setahun 2017 lalu, sudah 138 juta, orang Tiongkok ke luar negeri. “Yang ke Thailand sudah di atas 10 juta setahun! Dan semua negara berpromosi ke Tiongkok, berebut wisman di sana,” ungkapnya.
Ketujuh, catatan Menpar Arief Yahya saat bertemu petinggi Zamplus Tech, perusahaan IT berbasis big data. Big data adalah small data atau corporate data ditambah dengan social media. Dia ditunjukkan banyak dashboard oleh Chairman dan Founder Zamplus Technology Mr.Kevin Tang.
Aplikasi profiling big data milik Zamplus Tech itu bisa langsung memotret pergerakan orang, pergerakan uang, crowd di online dan offline. Dan semua itu real time. Bisa diaplikasi untuk menciptakan ketertiban di jalan raya, bisa melihat orang pergi ke mall, berapa lama di toko ini dan itu, masuk ke brand apa saja?
Ini mirip dengan apa yang sering diucapkan Menpar Arief Yahya. Semakin digital, sebenarnya semakin telanjang. “Kita tahu apa yang dicari customers! Maka kita bisa membuat keputusan cepat, menembak target market dengan pas, dan melihat 3S dengan presisi. Size, Spend, Spread. Inilah market intelijen yang dibutuhkan untuk bersaing di global level,” tutur Arief Yahya.
Kedelapan, catatan Menpar Arief Yahya, sebenarnya model Zamplus Tech. inilah yang bisa CDM, atau competing destination model. Tiga program utama Kemenpar untuk selling merebut target 17 juta tahun 2018 ini, CDM, Aksesibilitas, dan Hot Deals.
Apakah kerjasama ini bisa dijalankan 2018 ini? Menpar Arief Yahya menghela nafas panjang. Lama tak dijawab. Akhirnya bersuara juga, kalaua budgetnya ada, ini sangat prospektif. “Kita tinggal concern di akses, amenitas dan atraksi di destinasi!” jelasnya.
Kesembilan, satu event yang dikunjungi Menpar Arief Yahya adalah Inafest 2018. Indonesia Festival yang digelar oleh KJRI, Inacharm, dan juga disupport oleh Kemenpar. Ada panggung hiburan, pemaran produk Indonesia, batik, pameran foto, food festival di Oriental Pearl Tower.
Didampingi Konjen RI di Shanghai Siti Nugraha Mauludiah dan sempat ditemui di Shanghai Dubes RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun. Selain Stafsus Menpar Bidang IT Samsriyono Nugroho dan Stafsus Menpar Bidang Komunikasi Don Kardono. Juga Asisten Deputi Pemasaran II Regional I atau “Greater China” Vinsensius Jemadu.
“Yang menarik adalah Indonesia Week di restoran yang ada di atas tower. Selama 10 hari ada 5 ikon masakan Indonesia, dari Soto, Sate, Rendang, Gado Gado, dan Nasi Goreng. Inilah diplomasi kuliner yang bagus. Di meja-mejanya juga ada bendera Indonesia,” ungkap Arief Yahya.
Ke sepuluh, catatan yang menarik dari India adalah kemiripan market India dan Tiongkok. Sama-sama negara dengaj jumlah penduduk lebih dari 1,3 Miliar orang. Sama-sama menggunakan teknologi dan sama-sama memiliki komunitas yang kuat di seluruh dunia.
“Sama-sama cocok disentuh dengan Hot Deals di Kepri dan Jakarta. Menjual hotdeals bagi travellers India yang hendak ke Singapore dan Malaysia, menambah destinasi ke Batam Bintan saat weekdays, dan Jakarta saat Weekend,” kata Arief Yahya.
Ke sebelas, Menpar Arief Yahya langsung bertemu dengan 5 Travel Agent dan Tour Operator terbesar di India, 7 Mei 2018. Dia juga didampingi Asdep Pemasaran 2 Regional 3, Raden Sigit Witjaksono, Project Officer Hot Deals, Christine Besinga dan VITO India, Sanjay Sondhi di Hotel Le Meredien.
Pertemuan maraton itu, dengan Cox & Kings, Thomascook.india, Yatra, MakeMyTrip, FCM Travel Solutions. Hari kedua, 8 Mei, tim teknis Kemenpar langsung menindaklanjuti ke MakeMyTrip (MMT) dan Yatra. Hari ketiga, dilanjut lagi ke Cox & Kings.
“Ujungnya adalah wisman India yang sudah masuk 5 besar, dengan kenaikan terbesar kedua setelah China, yakni 30% growth menjadi 485 ribu di 2017, kita proyeksikan menjadi 700 ribu tahun ini,” ungkap Arief Yahya.
Ke dua belas, catatan Menpar, India dan Indonesia itu memiliki proximity yang kuat. Dekat secara jarak, dengan direct flight rata-rata 7 jam. Yang terdekat bisa 3,5 jam dari Chenai ke Medan atau Aceh. “Secara budaya, juga tergolong dekat!” ungkap pria lulusqn ITB Bandung, Surrey University Inggris dan Unpad Bandung ini.
Kisah Rama Shinta, cerita Mahabharata dan Ramayana, yang populer di Indonesia itu berasal dari India. Bahkan Duta Besar Indonesia untuk India, H.E Raden Sidharta Reza Suryodipuro menambahkan, hubungan diplomatik Indonesia India juga sangat baik saat ini, dan sudah sejak era Presiden Soekarno - Nehru, baik.
Catatan ke-13, baik di Tiongkok maupun di India, Menpar Arief Yahya berkolaborasi kuat dengan KBRI dan KJRI. Saling support, saling membantu, golnya sama, untuk bangsa. “Inilah yang sejak 3 tahun lalu saya sebut Indonesia Incorporated! Sekarang semakin kuat,” ucapnya.
Ke-14 selama di New Delhi, Dubes Arto, panggilan akrab Dubes RI untuk India itu tiga kali bertemu dan berdialog dengan Menpar Arief Yahya. Salah satunya memperkenalkan komunitas India, industri, tour operator, travel agent, media, tokoh di KBRI dengan Menpar Arief Yahya.
“Networking dengan pelaku industri semakin kuat dan kesempatan baik untuk memperkenalkan pariwisata Indonesia kepada mereka, key opinion leaders. Terima kasih Pak Dubes,” kata dia.
Ke-15, poin menarik dari hot deals dengan pasar utama Tiongkok dan India adalah menjadikan Singapore dan Kuala Lumpur sebagai hub. Menyadari direct flight ke Indonesia masih minim, dan mengejar seats capacity juga tidak mudah, maka harus bisa mengoptimalkan yang sudah ada.
“Dulu saya sering menyebut dengan menjaring ikan di kolam yang banyak ikannya. Menjaring wisman dari Singapore yang setiap tahun ada 15.5 juta wisman masuk ke sana, tinggal dibuatkan umpan dengan hot deals, harga diskon, murah dengan prinsip more for less, you get more you pay less,” ungkap pria asal Banyuwangi ini. (*)
Advertisement