14 Etika Guru Terhadap Siswa, Konsep Kiai Hasyim Asy'ari
Belum lama ini, terjadi insiden kecil. Seorang orangtua santri memarahi seorang kiai pengasuh pesantren. Tak pelak, hal itu menjadi perhatian dunia pendidikan Islam. Karena, tak etis ketika seorang orangtua melakukan tindakan seperti itu kepada seorang kiai.
Ternyata, KH. Hasyim Asy’ari telah menggariskan masalah etika dan adab yang dikembangkan di pesantren. Bagaimana hubungan guru dan murid, murid dan guru, serta saling hubungan di antara keduanya.
Kiai Hasyim Asy'ari menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahan adalah mengamalkan. Hal itu dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak.
Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu :
Pertama, bagi murid hendaknya berniat suci dalam menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi dan jangan melecehkannya.
Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata.
Belajar menurut KH. Hasyim Asy’ari merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk sekedar menghilangkan kebodohan.
Pendidikan hendaknya mampu menghantarkan umat manusia menuju kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa.
Umat Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang lain, umat Islam harus berjalan sesuai dengan nilai dan norma-norma Islam.
Etika Seorang Guru Terhadap Siswa
Diantara etika pendidik terhadap peserta didik adalah sebagai berikut;
(1). Berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta menghidupkan syari’at Islam;
(2). Guru hendaknya memiliki keihlasan dalam mengajar;
(3). Mencintai peserta didik sebagaimana mencinta dirinya sendiri;
(4). Memberi kemudahan dalam mengajar dan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami;
(5). Membangkitkan semangat peseta didik dengan jalan memotivasinya;
(6). Memberkan latihan-latihan yang bersifat membantu;
(7). Selalu memperhatikan kemampuan anak didik;
(8). Tidak menampakkan kelebihan sebagian peserta didik terhadap peserta didik yang lain;
(9). Mengerahkan minat anak didik;
(10). Bersikap terbuka dan lapang dada kepada peserta didik;
(11). Membantu memecahkan kesulitan anak didik;
(12). Bila ada anak didik yang berhalangan hadar hendaknya menanyakan hal itu kepada teman-temannya;
(13). Tunjukkan sikap arif dan tawadhu’ ketika memberi bimbingan kepada peserta didik;
(14). Menghormati peserta didik dengan memanggil namanya yang baik.
Catatan Biografi
KH. Hasyim Asy’ari dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, serta banyak menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di dalamnya, di lingkungan pendidikan agama Islam khususnya. Dan semua yang dialami dan dirasakan beliau selama itu menjadi pengalaman dan mempengaruhi pola pikir dan pandangannya dalam masalah-masalah pendidikan.
KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang penulis yang produktif dalam semua bidang keilmuan islam, namun dari sudut epistemoliginya ada kesimpulan dari pemikirannya. Yakni, Kiai Hasyim Asy'ari memiliki pemikiran yang khas dan tipikal, ia selalu konsisten mengacu pada rujukan yang memliki sumber otoritatif, yakni Al-Qur’an dan Hadits, di samping itu yang menjadi tipikal karya karyanya adalah kecenderungannya terhadap madzhaab Syafi’i. Di antara pemikiran beliau dalam masalah pendidikan adalah:
Dalam karyanya, Kitab Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj ilah al Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al Mu’allim fi Maqamat Ta’limih. Di dalamnya memuat Tatakrama pengajar dan pelajar.
Berisi tentang etika bagi para pelajar dan pendidik, merupakan resume dari Adab al-Mu’allim karya Syekh Muhammad bin Sahnun (w.256 H/871 M); Ta’lim al-Muta’allim fi Thariq at-Ta’allum karya Syeikh Burhanuddin al-Zarnuji (w.591 H); dan Tadzkirat al-Saml wa al-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Syeikh Ibn Jama’ah.
Memuat 8 bab, diterbitkan oleh Maktabah at-Turats al-Islamy Tebuireng. Di akhir kitab terdapat banyak pengantar dari para ulama, seperti: Syeikh Sa’id bin Muhammad al-Yamani (pengajar di Masjidil Haram, bermadzhab Syafii), Syeikh Abdul Hamid Sinbal Hadidi (guru besar di Masjidil Haram, bermadzhab Hanafi), Syeikh Hasan bin Said al-Yamani (Guru besar Masjidil Haram), dan Syeikh Muhammad ‘Ali bin Sa’id al-Yamani.