13 Camper Asal Jerman Singgah di Labuan Bajo
Labuan Bajo semakin keren. Destinasi di Nusa Tenggara Timur ini telah menjadi nomadic tourism. Sebab, 13 Camper Van atau Karavan asal Jerman, singgah di Labuan Bajo, 9 Juli 2018.
Pujian langsung diberikan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Sejak awal, Menpar telah menggaungkan nomadic tourism untuk menggenjot wisatawan.
“Bagus banget. Labuan Bajo memang cocok buat nomadic tourism,” katanya di Jakarta, Selasa (10/7).
Menpar Arief menyebut, Nomadic Tourism adalah solusi sementara sebagai solusi selamanya. Nomadic Accomodation menjadi solusi tercepatnya. Yaitu dengan membangun amenitas (akomodasi) yang sifatnya bisa dipindah-pindah.
Person in Charge (PIC) Pokja 10 Destinasi Prioritas Kemenpar untuk Labuan Bajo, Shana Fatina, menambahkan, karavan-karawan tersebut parkir di Hotel Jayakarta, Labuan Bajo. Rata-rata penumpang karavan berisi 2 orang.
“Mereka stay 2 malam. Lalu mengunakan speedboat trip ke Padar, Komodo, Pink Beach. Dan 5 hari di Flores. Sebelum ke Labuan Bajo, mereka ke Sumbawa. Lalu pagi ini lanjut overland lagi ke Kelimutu,” ujar Shana.
Kunjungan camper van ke Labuan Bajo, lanjut Shana, semakin mengegaskan bila destinasi priortas Kementerian Pariwisata itu semakin digemari para wisman.
“Ini jadi ide tersendiri. Terlebih camper van ini seperti kendaraan self-propelled yang menyediakan transportasi dan akomodasi tidur. Namun di Indonesia belum ada karoserinya karena travel nomadic belum jadi gaya hidup. Tapi kedepannya saya yakin ada, karena di Indonesia cocok untuk lokasi yang akomodasinya terbatas,” ujarnya.
Dengan kekuatan nature dan culture yang luar biasa, Labuan Bajo memang menjadi destinasi nyaman bagi siapapun. Infrastrukturnya sangat friendly. Apalagi ditambah hospitality masyarakatnya.
Labuan Bajo memang destinasi favorit bagi banyak publik figur dunia. Seperti rider MotoGP Valentino Rossi hingga terakhir pemain bola asal Belanda Arjen Roben juga pernah memilih tempat ini sebagai destinasi liburan utamanya.
General Manager Hotel Jayakarta Labuan Bajo, Inry da Costa membenarkan 13 camper van parkir di hotelnya. Menurutnya ini merupakan kasus spesial. Karena kedatangan mereka sangat mendukung dan meningkatkan kunjungan pariwisata di Labuan Bajo. Pihak hotel juga menyediakan lahan parkir, air dan listrik.
“Kami dapat kontak dari agan di Bali. Dan Kami sangat welcome. Hal ini karena mendukung pariwisata, jangan sampai turis yang sedang melakukan touring seperti ini terlantar. Sehingga Jayakarta bersedia untuk menjadi lokasi transit dua malam. Untuk makan dan minum mereka bayar sendiri” ujarnya.
Sementara itu, Tour Leader Trucking Around The World Lukas Ninphius mengatakan, tujuannya merka ke sini untuk keliling dunia dan mempromosikan pariwisata. Dengan memakan waktu kurang lebih 12 bulan. Rutenya sendiri adalah Jerman - Asia - Singapura - Sumatra (via Dumai) - Jawa - Bali - Lombok - Sumbawa - Flores (via Labuan Bajo) - Timor (via Kupang) - Timor Leste - Australia.
Lukas dan rombongan mengaku sangat suka sekali dengan lanskap yang ada di Labuan Bajo. Dibanding dengan di Sumatera yang lanskapnya masih banyak hutan. Lalu di pulau Jawa dan Bali yang sudah banyak orang.
“Paling suka sama Labuan Bajo. Kalo di Sumatera kaya hutan, Jawa dan Bali terlalu banyak orang. Dari Australia, mobil kembali ke Jerman via laut. Peserta naik pesawat transit di Bali beberapa hari,” ujar Lukas.
Perjalanan Lukas dan rombongan tidak serta merta mulus. Sebelum tiba di Indonesia, Ia mengaku sebelumnya rombongannya ada 25 mobil namun saat sampai Vietnam ada beberapa mobil yang rusak jadi harus kembali ke Jerman
“12 mobil kembali ke Jerman. Sisanya, melanjutkan perjalanan sampai kita tiba disini, di Labuan Bajo. Kendala untuk camper van di Indonesia adalah susahnya untuk mendapatkan biodiesel. Di Labuan Bajo, tidak ada biodiesel. Solar pun masih sulit diperoleh. Kebutuhan camper van sebenarnya hanya dua yang utama. Yaitu listrik dan diesel. Tanpa itu mobil tidak bisa jalan,” pungkasnya. (*)
Advertisement