120 Tahun Tebuireng, Menristekdikti Ungkap Kualitas SDM
Prof. H. Mohamad Nasir, Drs., Ak., M.Si., Ph.D, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia (Menristekdikti), menjadi salah satu narasumber seminar pendidikan di Hari Lahir 120 tahun Pesantren Tebuireng Jombang.
Prof. Nasir berbicara tentang tantangan pendidikan tinggi menuju satu abad Indonesia, sebagai sub tema “Peran dan Sumbangsih Ormas Islam dalam Mencerdasakan Bangsa”.
Kondisi pendidikan tinggi Indonesia pada beberapa tahun yang lalu, berada pada peringkat yang cukup rendah dan terpaut jauh dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Pada saat itu, dari 4.700 perguruan tinggi Indonesia, hanya ada 3 perguruan tinggi yang masuk pada 500 Rangking Dunia, ialah Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gajah Mada (UGM).
“Itu pun nasib mereka di ambang batas. Rangking mencapai 350 ke atas. Tetapi, setelah kami berhasil melakukan peningkatan mutu, menyaring kembali perguruan tinggi yang bermasalah, sampai detik ini, peringkat perguruan tinggi Indonesia sudah mengungguli Thailand dan Singapura, ialah UI rangking 292, ITB rangking 359, dan UGM rangking 350,” terang Menristekdikti.
Moderator seminar, Dr. Mif Rohim MA. mengatakan, ada sesuatu yang menarik dari Bapak Menristekdikti ini bahwa perkembangan perguruan tinggi meningkat begitu pesat, dari 7.000 jurnal Skopus di Indonesia meningkat hingga 31.000 jurnal Skopus. Peningkatan ini berhasil mengungguli Thailand dan Singapura lagi. Sedangkan Malaysia dari 4.000 jurnal Skopus meningkat menjadi 34.000 jurnal Skopus.
“Saya pernah mendengar perkataan bahwa, Jurnal Skopus ialah simbol peradaban suatu bangsa. Dan Indonesia sudah berhasil memotong Thailand dan Singapura. Untuk Malaysia akan dipotong, kalau Beliau ini, menjadi menteri lagi,” terang moderator dilanjut dengan gelak tawa seluruh peserta seminar.
Dalam hal ini, memang sesuatu yang harus kita lakukan adalah perubahan mendasar di perguruan tinggi. Karena dari berbagai tantangan menuju satu abad Indonesia ialah tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi.
Ini menunjukkan, menuju negara berpendapatan tinggi, menuntut adanya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), prokdutivitas dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang tinggi. Dan peran perguruan tinggi adalah untuk mencetak SDM berkualitas: yangguh, kritis, kreatif, inovatif, kompetitif, dan berakhlak mulia.
“Mengapa demikian, karena visi Indonesia atau harapan pada 100 tahun Indonesia di tahun 2045 mendatang ialah pendapatan per kapita Indonesia harus mencapai USD 23.199. Namun, sekarang baru USD 4.000,” ungkap pria kelahiran Ngawi ini.
Lanjutnya, namun, harapan atau visi di atas tidak akan tercapai, jika APK Pendidikan Tinggi di Indonesia masih rendah. Sejauh ini, APK Nasional sudah mencapai 34,58%, dengan jumlah Perguruan Tinggi 4.700, Jumlah Prodi 27.000, dan jumlah mahasiswa 6,5 juta dengan 15% vokasi.
“Lalu apakah Indonesia tidak bisa dalam masa 25 tahun untuk mencapai di angka USD 23.000,?” imbuhnya, dikutip dari situs resmi tebuireng-online.
Sebagai contoh, kondisi Emirat Arab, Dubai. Pimpinan pada tahun 1970, mereka mengendarai negaranya terbilang kontan. Indonesia pada tahun 1970, kepemimpinan presiden sudah terbilang imbang. Indonesia tahun 1975 pergerakannya sudah meningkat pada toyota dan kijang. Tapi di Dubai masih menggunakan truk.
Tetapi, di tahun 1985 Indonesia masih tetap menggunakan kijang, sedangkan Emirat Arab sudah menggunakan mercy. Kemudian tahun 2000-2016, Dubai sudah memiliki tanaman sayur mayur yang begitu hebat dan memiliki gedung tertinggi di dunia, sedang Indonesia masih kesulitan dengan air.
“Inilah yang harus kita lihat. Sektor-sektor apa saja yang harus kita bangun ini, harus kita banggakan,” jelas pria lulusan Universiti Sains Malaysia ini.
Maka, pada periode pemerintahan Bapak Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin ini, 2020-2024, akan melakukan perubahan yang sangat drastis. Yaitu, bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM Indonesia.