120 Tahun Ngaji, Rahasia Kiai Hasyim Asy'ari dan Syaikhona Kholil
Rahasia Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, ngaji selama 120 tahun. Mulai dari 40 tahun memelajari Kitab Shahih Imam Bukhari, 40 tahun dengan Imam Syafi'i, 40 tahun dengan Imam Junaidi dan Imam Al-Ghazali. Lho, kok bisa?
Begini penjelasannya.
Ketika itu, Muhammad Hasyim Asy'ari muda nyantri di Bangkalan, asuhan Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif al-Bankalani. Santri istimewa ini diberi tugas mengurusi kuda milik Syaikhona Kholil (terkadang dipanggil Mbah Kholil) hingga kesempatan untuk ngaji pun tidak banyak.
Suatu hari Syaikhona Kholil kedatangan tamu dari Jawa dan kebetulan dia seorang kiai. Namun, santrinya tak sampai ratusan hanya puluhan saja.
Setelah tamu ditanya keperluannya apa, lalu tamu tersebut mengutarakan keperluannya kepada Syaikhona Kholil.
Tamu: “Mbah Kholil, saya datang ke sini, kiai pertama niat silaturahmi dan yang kedua saya hendak menikahkan putri saya. Berhubung dia sudah dewasa kiranya patut saya carikan jodoh. Apalagi usia saya juga sudah ada di ambang pintu ajal yang tak lama lagi Allah pasti memanggil ruh saya, Kiai. Jika ada Kiai, saya mohon petunjuk dan izin Kiai untuk mencarikan jodohnya”.
Tanpa berpikir panjang, Syaikhona Kholil langsung memanggil (Mbah) Hasyim yang ada di belakang rumah. Santri kinasih ini, rupanya sedang mengurusi kuda. Spontan (Mbah) Hasyim yang mendengar suara gurunya memanggil, ia langsung lari tunggang langgang menghadap sang guru.
KH Hasyim: “Iya Kiai. Njenengan manggil saya?”
Syaikhona Kholil: “Iya”.
Tanpa banyak tanya lagi Kiai Hasyim langsung diam merunduk. Lalu Syaikhona Kholil berkata kepada tamunya: "Ini dia calon menantumu yang akan meneruskan perjuanganmu."
Terkejug dan Kisah Menegangkan
Tamu pun terkejut tegang dan tak habis pikir sambil bergumam dalam hatinya, "Masa iya sih santri mblasaken seperti ini akan mengurus pesantrenku? Saya tidak yakin bila anak ini banyak ilmunya".
Pada saat yang sama, sementara itu, (Mbah) Hasyim pun terkejut pula sambil begumam dalam hatinya: "Masa iya ya Syaikhona Kholil tega akan menjodohkan saya dengan putri seorang ulama’ yang begitu mulia dan santrinya banyak serta berwibawa serta alim?"
Syaikhona Kholil lalu menyambung dawuh sesuatu yang dipikirkan kedua orang di hadapannya itu.
Syaikhona Kholil: “Sudahlah kamu (tamu) pulang saja dan siapkan selamatannya di rumahmu. Tiga hari lagi akad nikah dilaksanakan. Dan kamu Hasyim kembali ke belakang!”
(Mbah) Hasyim pun kembali ke tempat tugasnya dengan hati yang risau. Pikiran kacau balau dan perasaan galau, sembari bertanya-tanya dalam hati kecilnya: “Bagaimana saya bisa menjalani ini semua. Kenapa guru tidak memberi tahu saya sebelumnya atau paling tidak menawarkannya?”
Gundah gulana, bimbang, ragu dan bingung, terus berkecamuk dalam pikiran (Mbah) Hasyim. Pada saat-saat seperti itulah Hidayah Allah ditampakkan. (Mbah) Hasyim teringat pada suatu hari saat Syaikhona Kholil mengajar kitab dan berpesan (dawuh) sederhana saja: “Barang siapa di antara kalian yang ingin tercapai hajatnya maka bacalah Shalawat Nariyah sebanyak-banyaknya dan pada waktu ijabah sangat dianjurkan yaitu setelah separuh malam hingga menjelang subuh”.
Saat malam kira-kira pukul 12 malam, (Mbah) Hasyim melaksanakan sesuatu yang pernah diucapkan gurunya itu. Yaitu membaca Shalawat Nariyah sebanyak-banyaknya, dan menjelang Subuh (Mbah) Hasyim ketiduran dan hal ajaib terjadi dalam mimpi (tidur sekejapnya). (Mbah) Hasyim Asy'ari bermimpi bertemu Imam al-Bukhari dan mengajarkan kepada beliau Hadits Shahih selama 40 tahun lamanya. Lalu (Mbah) Hasyim terbangun serta terkejut tidak percaya atas mimpinya itu.
Pada malam yang kedua terjadi lagi, dalam mimpinya (Mbah) Hasyim bertemu Imam as-Syafi’i dan mengajarkan kepadanya kitab-kitab Fiqih dari bebagai Madzhab yaitu Imam as-Syafi’i sendiri Hanafi Maliki dan Hanbali selama 40 tahun lamanya.
Pada malam ketiga, (Mbah) Hasyim bermimpi bertemu dengan Imam Al-Ghazali dan Imam Junayd al-Baghdady yang mengajarkannya kitab-kitab tasawuf selama 40 tahun. Setelah (Mbah) Hasyim bangun, ia terkejut dan bertanya dalam pikirannya: apa makna dari semua mimpi ini.
Keesokan harinya, (Mbah) Hasyim hendak bertanya kepada gurunya. Namun tidak ada kesempatan karena (Mbah) Hasyim justru disuruh siap-siap berangkat ke rumah calon mertua untuk melangsungkan akad nikah.
Lalu keduanya pun berangkat hingga di tempat tujuan langsung dilakukan Akad Nikah. Selesai itu Syakhona Kholil akan pulang ke Bangkalan. Sepatah kata pun tak ada yang keluar terucap dari Syaikhona Kholil mulai dari Bangkalan hingga sampai di tempat akad pernikahan. Baru Syaikhona Kholil hendak pulang beliau dawuh kepada (Mbah) Hasyim lalu kepada mertuanya dan disaksikan banyak santri dan tamu undangan.
Syaikhona Kholil: “Hasyim! Jangan nyelewang-nyeleweng ya! Ibadah ikut yang dicontohkan Nabi melalui ulama-nya dan ikutilah ulama-ulama Allah agar selamat, Allah pasti bersamamu.”
Kepada mertua Kiai Hasyim, Syaikhona Kholil berpesan: “Jangan ragu dengan Hasyim. Dia sudah ngaji 120 tahun lamanya”.
Baik Kiai Hasyim, mertua dan para tamu tidak begitu paham serta kebingungan menafsiri dawuh Syaikhona Kholil karena mereka pikir ini tidak masuk akal. Kapan ngajinya sampai 120 tahun. Sementara usia Kiai Hasyim belum sampai 50 tahun. Lalu Syaikhona Kholil pun balik ke Bangkalan.
Esoknya Kiai Hasyim diuji mertuanya sembari ingin membuktikan sealim apakah menantunya yang dijagokan gurunya itu. Dan beliau pun dengan agak gugup berada di masjid sementara di tempat yang biasa mertuanya duduk sudah disediakan dua kitab tafsir dan hadits. Tanpa ditanya si santri pun dan ustadz memberitahukan batas yang harus diajarkan dan dibaca. Nah keajaiban pun dimulai tanpa harus menengok, apalagi memegang kitab. Kiai Hasyim langsung membaca dengan fasih dan hafal diluar kepala serta membahasnya laiknya masyayikh yang sudah kenyang dengan segudang ilmu. Tak satupun ada yang salah.
Ustadz dan santri senior yang tidak yakin dengan kemampuan Kiai Hasyim pun menjadi takjub. Demikian pula sang mertua yang mengintip dari celah jendela rumahnya pun ikut takjub.
Sejak hari itu hingga seterusnya, Kiai Hasyim-lah yang mengajar kitab-kitab klasik yang tebal dari berbagai cabang ilmu agama Islam.
Demikian beberapa karomah Syaikhona Kholil al-Bankalani kepada Kiai Hasyim Asy'ari. Demikian pula masih banyak lagi karomah-karomah Mbah Kholil Bangkalan kepada santri-santri beliau yang lain.
#Sumber : Santri Nahdlatul Ulama
Advertisement