12 Lembaga Survei Sudah Buka-Bukaan, Kapan Kubu Prabowo-Sandi?
Sebanyak 12 lembaga survei yang melakukan quickcount hasil Pemilu 2019 akhirnya buka-bukaan. Mereka menjelaskan berapa lama persiapan mereka dan bagaimana mereka menyiapkan semuanya dengan matang, agar hasil quickcount yang mereka munculkan valid dan tidak bohong.
Upaya ini mereka lakukan untuk menjawab tudingan kubu paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang menyatakan bahwa hasil quick count yang hasilnya memenangkan paslon nomor urut 01 tidak perlu digubris karena mereka juga merangkap sebagai konsultan politik capres cawapres Joko Widodo-Maruf Amin, sehingga hasilnya bisa ditebak, memberikan keunggulan pada petahana.
Mereka pun merasa perlu menunjukkan bahwa quick count yang mereka buat bukanlah abal-abal atau hoax. Lebih-lebih hasil pesanan dari paslon tertentu, dalam hal ini capres-cawapres nomor urut 01.
Mereka membeberkan mulai persiapan yang mereka lakukan, kurun waktu yang mereka habiskan untuk menyiapkan semuanya, mengkaji berulang-ulang sistem dan metode pengambilan sampel data, serta instrument-instrumen penting agar data yang mereka dapatkan seakurat mungkin.
Mereka juga menjelaskan berapa banyak orang (berjumlah lebih dari 2000 orang) yang mereka libatkan dalam pengambilan sampel data di berbagai daerah, serta penyebarannya. Maka itu, mereka mengajak pihak-pihak yang tak mempercayai hasil quickcount yang mereka buat untuk melihat dan membuktikan langsung kebenaran data yang mereka miliki.
Kendati memang ada beberapa TPS yang tidak bisa mereka ambil datanya karena ada persoalan teknis dalam penghitungannya, menurut 12 lembaga survei tersebut tak terlalu signifikan, karena jumlahnya relatif sedikit.
Asep Saepudin dari Indo Barometer mengaku tidak habis pikir karena quick count yang dia rilis dianggap hoax. Pasalnya, quick count tidak bisa dibuat sesuka hati. “Butuh waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan semuanya. Dan kami mengkajinya berulang-ulang supaya tingkat akurasinya tinggi,” ujarnya dalam konferensi pers yang mereka gelar pada Sabtu 20 April 2019.
Sementara CEO Cyrus Network, Hasan Nasbi, menantang kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk membuktikan bahwa klaim mereka mengantongi 62 % suara benar adanya. Sebab, form C1 yang dimiliki kubu Prabowo-Sandi hanya sebagian kecil jika dibandingkan form C1 secara keseluruhan yang sudah masuk ke KPU.
“Quick count itu ilmu pengetahuan dan ilmiah. Karena quick count menggunakan ilmu statistik. Jadi pengambilan sampel data dan memasukkan datanya sudah ada aturannya,” ujarnya.
Dalam acara tersebut, perwakilan 12 lembaga survei yang terdiri dari Cyrus Network, Indo Barometer, Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Pershimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepsi), Charta Politika, Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Indikator, Poltracking, Konsepindo, Voxpol, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), dan Kompas.
Nah, jika ke-12 lembaga survei ini sudah berani buka-bukaan, lantas apakah kubu Prabowo Subianto yang telah mengklaim memenangkan pilpres 2019 juga berani terbuka?
Seperti diketahui, sebelumnya Prabowo mengklaim telah memenangkan pilpres berdasarkan real count yang dilakukan di internal BPN. Bahkan Prabowo Subianto tiga kali mendeklarasikan kemenangannya, serta dua kali melakukan sujud syukur.
Pertanyaannya, apakah kubu Prabowo bisa membuktikan bahwa data yang mereka miliki cukup valid dan bisa dipertanggungjawabkan? Sebab, sampai saat ini kubu paslon 02 belum menjelaskan penghitungan serta metode yang mereka gunakan dalam penghitungan suara untuk memastikan bahwa mereka memenangkan kontestasi pilpres 2019.
Prabowo juga sudah seharusnya berani buka-bukaan bila form C1 yang mereka miliki sudah cukup valid untuk mengklaim kemenangan. Tentu layak ditunggu apa reaksi Prabowo menyikapi tantangan yang dilontarkan 12 lebaga survei tersebut.
Advertisement