12 Bahan Kimia Berbahaya dalam Skincare yang Wajib Diwaspadai
Pemakaian produk skincare tak selamanya mempercantik wajah. Salah pilih produk skincare justru dapat merusak kesehatan kulit. Anda dituntut teliti memperhatikan kandungan zat kimia di dalam produk skincare. Tak sedikit produk perawatan kulit mengandung bahan pengawet. Tentu formula ini bisa berdampak serius terhadap kesehatan hingga memicu kanker.
Banyak orang yang belum mengetahui bahan kimia apa saja yang boleh dan tidak boleh dipakai terus menerus untuk kulit. Antara lain paraben atau bahan pengawet, pengharum buatan atau fragrance, Hydroquinone dan lainnya. Bahan-bahan tersebut bisanya ada di dalam produk skincare. Tetapi ada oknum nakal yang sengaja menyembunyikan takarannya.
Nah, berikut ini bahan-bahan kimia dalam skincare yang harus diwaspadai.
Bahan Kimia Berbahaya dalam Skincare
Skincare merupakan langkah perawatan bagi kulit, terutama kulit wajah agar tetap sehat. Anda dituntut waspada dan teliti saat memilih produk agar terhindar dari penggunaan bahan kimia berbahaya.
1. Paraben
Zat pengawet yang digunakan untuk mencegah bakteri, jamur, dan ragi. Biasanya ditemukan di produk sabun hingga lotion. Paraben juga dikenal sebagai bahan pengganggu endoktrin yang sifatnya meniru estrogen dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, bahkan memicu kanker.
Zat kimia tersebut diserap melalui kulit dan telah diidentifikasi dalam sampel biopsi dari tumor payudara. Biasanya juga dapat ditemukan dalam produk makanan dan farmasi.
2. Hydroquinone
Hydroquinone adalah salah satu zat yang biasa ditemukan dalam produk pencerah kulit. Menurut Hindustan Times, kandungan hydroquinone dapat meningkatkan risiko terkena kanker, dan di beberapa negara penggunaannya sudah dilarang, seperti Jepang, Australia, dan Eropa.
3. Fragrance (Parfum buatan)
Parfum pada skincare dan kosmetik berbeda dengan parfum untuk pewangi tubuh. Jika untuk skincare, sebaiknya pilihlah produk yang fragrance free, sebab zat ini memiliki efek negatif. Efek sampingnya dapat membuat sakit kepala, mengiritasi kulit, menyebabkan alergi, asma dan gangguan pernapasan, hingga merusak sistem reproduksi dan meningkatkan risiko kanker.
4. Phthalates
Merupakan bahan kimia plasticizer yang biasa ditambahkan dalam plastik agar tidak rapuh, namun bisa juga ditemukan dalam kosmetik terutama pada jenis wewangian, hair spray, dan cat kuku. Efek samping yang ditimbulkan hampir sama dengan paraben yakni mengganggu endoktrin, menyebabkan masalah hormonal, dan reproduksi serta cacat lahir.
5. Formaldehida
Zat pengawet kosmetik atau zat karsinogen yang diketahui dapat menyebabkan asma, neurotoksisitas, dan toksisitas perkembangan, zat tersebut juga bisa ditemukan dalam pengawet seperti quaternium-15, DMDM hydrantoin, dan imiidazolidiinyl urea.
6. Oxybenzone (Tabir surya kimiawi)
Tabir surya tersedia dalam dua bentuk yang berbeda: filter kimia dan mineral. Tabir surya yang paling umum di pasaran menggunakan filter kimiawi seperti oksibenzon. Oxybenzone juga dikenal sebagai pengganggu endokrin dan dapat mengubah fungsi tiroid. Ini juga terkait dengan alergi kulit.
7. Zat pewarna sintetis
Biasanya zat pewarna ini memiliki istilah sebagai FD&C atau D&C yakni sebagai simbol dari pewarna buatan, sedangkan simbol F untuk mewakili makanan dan D&C untuk obat dan kosmetik. Warna-warna sintetis diduga merupakan karsinogen manusia, mengiritasi kulit, dan berkaitan dengan penyebab ADHD pada anak-anak. Beberapa negara di Eropa telah melarang kandungan ini dalam produk skincare.
8. Triclosan
Kandungan triclosan umumnya ditemukan pada pasta gigi, deodoran, dan sabun antibakteri. Zat kimia ini berkaitan dengan gangguan hormonal, resistensi bakteri, gangguan fungsi otot, dan gangguan fungsi kekebalan tubuh. Triclosan juga dapat meningkatkan munculnya alergi. Meskipun bersifat antibakteri, zat kimia ini justru membuat bakteri lebih kuat dan bertahan lama. Ada beberapa produk pun yang menambahkan triclosan dalam konsentrasi yang tinggi. Padahal, ini akan membuat bakteri lebih kebal dan sulit mati.
9. Sodium lauryl sulfate
Sodium lauryl sulfate merupakan kandungan yang paling banyak dijumpai pada produk sehari-hari, biasanya dapat ditemukan dalam sampo, sabun mandi, obat kumur, alas bedak dan sabun muka. Kandungan tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit, sariawan, gangguan keseimbangan minyak alami kulit hingga kerusakan mata, serta memicu timbulnya jerawat di sekitar mulut atau dagu.
Selain itu, kandungan sodium lauryl sulfate juga dapat menyebabkan kulit menjadi kemerahan, kering, mengelupas dan menjadi sensitif. Produk yang mengandung sodium lauryl sulfate biasanya memiliki busa lebih banyak.
10. Retinol
Retinol merupakan bahan turunan vitamin A, yang biasanya digunakan untuk produk anti-aging dan berfungsi untuk mencegah kerutan dan tanda-tanda penuaan lainnya. Selain itu, retinol paling sering ditemukan pada produk pelembap, produk bibir dan tabir surya. Bahan ini bersifat karsinogenik di bawah sinar matahari yang menyebabkan kulit mudah mengelupas dan menjadi sangat kering.
11. Toluene
Merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk cat kuku dan pewarna rambut, yang dapat menjadi racun bagi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan cacat lahir karena kandungan tersebut adalah pelarut petrokimia yang mudah menguap.
12. Polythylene glycol (PEG)
Kandungan yang paling sering digunakan untuk jenis kosmetik kental, seperti lotion, sampo, dan kosmetik tabir surya. Zat PEG biasa terkontaminasi dengan ethylene oxide atau yang biasa disebut karsinogen dan 1,4-Dioxane. Perpaduan kandungan-kandungan inilah yang dapat menyebabkan masalah pernapasan.
Tips Memilih Skincare yang Aman
Sebelum memutuskan untuk menggunakan skincare, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut, agar skincare yang digunakan aman untuk kulit:
1. Sesuaikan kondisi kulit
Penggunaan skincare harus disesuaikan dengan jenis kulit pemakaiannya agar ketika dipakai dapat memaksimalkan efeknya, karena bila tidak sesuai maka akan menibulkan hasil yang kurang maksimal.
Seseorang yang memiliki kulit rentan berjerawat dan sensitif harus sangat berhati-hati dengan bahan yang berbeda dalam produk perawatan kulitnya. Sedangkan, jenis kulit berminyak dapat menangani lebih banyak bahan yang terkadang dapat memicu timbulnya jerawat atau iritasi pada jenis kulit lainnya. Berikut macam jenis kulitnya:
a. Untuk kulit berminyak: Cari produk yang mengandung asam alfa hidroksi (asam glikolat atau asam salisilat), benzoil peroksida, dan asam hialuronat. Bahan-bahan ini efektif untuk mengontrol produksi sebum berlebih. Sementara asam hialuronat akan menghasilkan hidrasi hanya di area yang dibutuhkan.
b. Untuk kulit kering: Cari produk yang mengandung shea butter. Bahan ini memberikan hidrasi untuk menjaga kulit kering menjadi tampak cerah
c. Untuk kulit sensitif: Cari produk yang mengandung aloe vera, oatmeal, dan shea butter. Bahan-bahan ini merupakan pelembab yang baik dan umumnya tidak akan merusak kulit.
2. Jangan terlalu percaya dengan kemasan
Kemasan dan popularitas suatu barang terkadang merupakan perangkap mudah yang membuat seseorang menjadi tertarik ingin membelinya. Biasanya tanpa berfikir akan langsung membelinya, namun hal tersebut justru keliru karena tidak meneliti dengan baik jenis kulit yang dimiliki atau kandungan yang digunakan di dalamnya.
3. Label alami bukan berarti lebih baik
Bahan-bahan yang familier dalam komposisi bisa membuat nyaman untuk dilihat, namun tidak berarti cocok atau aman untuk digunakan, istilah alami dan organik pada label produk terkadang lebih merupakan trik pemasaran. Karena persyaratan tersebut tidak diatur dan tidak ada standar industri khusus untuk perusahaan-perusahaan, dan bukan rahasia umum lagi jika tidak jarang trik pemasaran bisa menawarkan janji kosong. Selain itu, terkadang suatu produk diberi label alami hanya dengan mengacu pada satu atau dua bahan yang terdapat dalam komposisi.
4. Meneliti bahan dalam komposisinya
Bahan-bahan akan dicantumkan dalam urutan konsentrasi tertinggi hingga terendah, jadi jika ada bahan yang bermasalah atau berpotensi menyebabkan iritasi di antara lima bahan pertama yang terdaftar, maka sebaiknya hindari produk tersebut, sebaiknya hindari.
5. Jangan takut terhadap daftar bahan yang panjang
Meskipun daftar yang lebih singkat dapat lebih mudah dibaca, daftar tersebut tidak selalu sesuai dengan apa yang ingin di dapatkan pada produk perawatan kulit. Daftar komposisi produk yang panjang seharusnya tidak menghalangi, namun sebaliknya, lakukan sedikit konsultasi baik dari dokter kulit dan kosmetik, untuk membantu menentukan apakah produk tersebut adalah pilihan yang tepat untuk kulit.
6. Gunakan sumber online untuk cek keamanan
Tidak perlu khawatir untuk memilih produk perawatan kulit dengan bahan yang tepat. Buat segalanya sedikit lebih mudah dengan memanfaatkan sumber daya online, seperti bisa mengecek keamanan produk dari nomor BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertera pada kemasan produk.
7. Lakukan uji tempel sebelum membeli
Uji tempel adalah praktik cerdas dalam proses eliminasi produk yang ingin dibeli, metode tes tempel dapat membantu untuk menentukan apakah produk atau bahan tertentu akan menyebabkan reaksi alergi, mengiritasi kulit, atau menyumbat pori-pori anak. Jika produk tersebut membuat kulit menjadi lebih buruk atau membuat kulit iritasi dengan cara apa pun, hentikan penggunaannya, berarti produk tersebut tidak cocok untuk digunakan.