110 Tahun Muhammadiyah Catat Sejarah Panjang Membangun Indonesia
Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni mengingatkan, peran besar peradaban itu sejatinya menjadi jati diri Muhammadiyah. Mengingat hal itu terangkum dalam Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
“Dalam Mukaddimah itu sudah jelas moral concern dan tujuan kita untuk kalangan luas. Ini sangat utama bagi negara kita di masa depan. Budaya demokrasi dan egaliter sejak awal juga berkembang dalam tubuh Muhammadiyah.
"Maka kewajiban kita untuk merenungkan dan mengkaji sejarah ini untuk mempersembahkan apa yang terbaik bagi negara ini,” urai Syafiq, dikutip ngopibareng.id, Senin 12 Agustus 2019.
“Kita yakin sekalipun kita perlu kekuatan yang mempertahankan pancasila dengan slogan harga mati, tapi juga tak kalah penting adalah memajukannya, dan itulah peran Muhammadiyah,” pesan Syafiq.
Dalam situs resmi Muhammadiyah, mu.or.id, dijelaskan, Muhammadiyah tepat berusia 110 tahun Hijriyah pada Jumat, 9 Agustus 2019.
Terkait hal itu, Guru Besar Ahli Hukum dan Tata Negara Prof. Dr. Jimly Asshiddique, menganggap sudah sepatutnya Muhammadiyah bersyukur atas karunia dan peran besar yang dimilikinya dalam mendirikan dan membangun Republik Indonesia dengan cara terus membangun peradaban bangsa.
“Muhammadiyah berjasa dan berperan besar dalam membangun Indonesia mulai dengan membentuk peradaban masyarakat madani sebelum membentuk negara seperti yang dilakukan oleh Rasulullah di Madinah. Mulai Bung Karno, Bu Fatmawati, Pak Kasman, Ki Bagus, Djuanda, Soedirman dan banyak lagi tokoh nasional adalah dari keluarga besar Muhammadiyah. Tugas kita belum selesai. Harus terus menyumbang untuk negeri,” pesan Jimly.
Menyambung Jimly, Dekan FKIP Uhamka Dr. Desvian Bandarsyah mengungkit kelemahan bangsa Indonesia dalam membaca sejarah, mengingat dan menghargainya.
“Memori kita tentang masa lalu adalah hal yang mahal dan penting untuk kita jaga kesinambungannya. Tanpa ingatan pada masa lalu, kita akan menjadi paria. Tanpa sejarah, kita tidak akan pernah tahu bahwa sebagian besar batu bata pondasi kemerdekaan kita dibangun oleh Muhammadiyah.
"Tanpa memahami sejarah, kita akan jatuh ke lubang kesalahan yang sama berkali-kali,” kritik Desvian sembari memuji keteguhan Muhammadiyah untuk tetap berdiri di atas prinsipnya di tengah terpaan badai politik 5-6 tahun belakangan.
Peneliti Sejarah Muhammadiyah, Muhammad Yuanda Zara, Ph.D menguraikan bahwa Muhammadiyah sejatinya telah membentuk masyarakat madani sejak tahun 1920-an sebagai bibit penyemai kemerdekaan dengan memberantas buta huruf. Yakni, melalui pendirian berbagai sekolah, mengenalkan sains kedokteran dan memberantas takhayul yang menjadikan manusia berpangkutangan. (muo)
Advertisement