11 Fakta Terbaru Kisah Bocah Temanggung yang Meninggal
Seorang bocah berusia tujuh tahun di Temanggung, Jawa Tengah menjadi korban rukiah abal-abal. Anak kecil berinisial Ais itu meninggal setelah ditenggelamkan di bak berkalili-kali. Penenggelaman itu diyakini mampu menyembuhkan Ais dari kenakalan. Kisahnya menjadi viral di media sosial pada Senin, 17 Mei 2021.
Tak lama setelah viral, polisi setempat melakukan penyidikan dan penelusuran. Aksi tersebut terekam kamera dan diunggah ke saluran YouTube di akun JATANRAS JATENG ID. Dalam video berdurasi 38 menit 49 detik itu ditemukan sejumlah fakta baru.
Berikut penjelasannya:
Video dibuka dengan adegan di mana terlihat tim Kepolisian mengevakuasi jasad korban. Tampak jasad A terbaring di kasur dan kondisinya sudah mengering. Sehingga jasad tersebut disensor. Polisi lantas membawanya dengan dibungkus penutup berwarna oranye untuk divisum di rumah sakit terdekat.
Penenggelaman Dilakukan di Rumah Ais
Saat melakukan penyisiran, polisi juga mendatangi kamar mandi yang menjadi saksi bisu Ais ditenggelamkan. Tampak bak terbuat dari semenyang lebar. Kira-kira kedalaman satu meter serta panjang dua meter.
Batang Kayu Mahoni
Polisi lalu melanjutkan penyelidikan di rumah Budiyono. Di sana mereka menemukan sebatang kayu mahoni yang diduga digunakan sebagai alat untuk ritual saat merukiah Ais. Kendati menolak, Budiyono memaksa Ais untuk tetap memakan mahoni itu.
Saat hal tersebut terjadi Suwartinah tidak bisa bertindak apa-apa. Dia hanya percaya untuk menuruti Budiyono agar Ais berubah menajdi anak yang lebih baik perilakunya dan tidak nakal.
Secarik Kertas Bertuliskan Nama Lengkap Ais
Setelah mendatangi rumah korban, polisi lantas melakukan penggeledahan di rumah Budiyono dan Hariyono. Keduanya adalah pelaku perukiah Ais. Di rumah Hariyono ditemukan secarik kertas putih bertuliskan nama lengkap Ais. Kertas tersebut tersimpan rapi di lemari Hariyono. Di sana polisi juga menyita foto seorang pria berpeci hitam berbaju utih yang diyakini Hariyono sebagai guru spiritualnya.
Mendapat Bisikan
Dari keterangan yang dihimpun dari Budiyono, dia mengaku melakukan penenggelaman setelan mendapat bisikan. Budiyono kerap mendengarkan bisikan dari suara yang menyerupai Hariyono. Sebelum ditenggelamkan, Budiyono sempat memaksa Ais makan kayu mahoni dan lombok. Kemudian Budiyono memasukkan Ais ke dalam bak.
Penenggelaman Dilakukan Dua Kali
Penenggelaman Ais dilakukan Budiyono dua kali. Penenggelaman pertama terjadi pada malam hari, pukul 23.00 WIB sehari sebelum penenggelama kedua. Ais masih bernafas. Keesokan harinya, Ais ditenggelamkan lagi selama tiga menit tepat sebelum waktu ashar.
Saat mengetahui kondisi Ais tak berdaya, Budiyono membopong Ais ke kamar tengah. Dia lalu memberi handuk serta membalurkan kayu putih ke tubuh Ais. Sejak saat itu setiap harinya selama empat bulan Budiyono turut membersihkan dan merawat jasad Ais dengan mengelapnya. Selain itu meletakkan beberapa kapur barus.
Dapat Petunjuk dari Mimpi
Sementara, Hariyono mengaku mendapat wasiat untuk merukiah Ais dari mimpinya. Hariyono ditemui guru spiritualnya yang sudah meninggal setahun lalu bernama Mbah Ibrahim dari Pekalongan. Dalam mimpi itu Hariyono mengaku mendapat mandat untuk memberitahukan jika Ais adalah anak dari Genderuwo.
Mbah Ibrahim lantas meminta Hariyono membersihkan Ais. Dalam mimpinya guru spiritualnya itu menjamin dan menjanjikan dengan mudah dia dapat menghidupkan Ais kembali.
Ais Diyakini Membahayakan Desa
Kedua orang tua Ais, Suwartinah (38 tahun) dan Marsidi (49 tahun) ditemui oleh Hariyono. Hariyono mengatakan jika Ais harus dirubah. Bukan tanpa alasan, menurut Hariyono dari mimpinya Ais bisa membahayakan dan merusak tatanan masyarakat desa Bejen, Temanggung Jawa Tengah.
Baik Marsidi dan Suwartinah tidak menyangka jika ritual untuk merubah Ais dilakukan dengan cara ditenggelamkan.
Diganti Pampers
Marsidi dan Suwartinah begitu yakin dan mempercayai ucapan Hariyono dan Budiyono. Mereka dijanjikan dan diiming-iming Ais akan hidup lagi. Karenanya keduanya setiap hari terhitung sudah empat bulan membersihkan tubuh Ais dengan kain was lap. Ais juga selalu diganti popoknya setiap harinya. Agar tidak tercium bau busuk, Marsidi pun membeli penyemprot ruangan.
Percaya Ais Akan Bangkit
Selama empat bulan itu, selain membersihkan jasad Ais Suwartinah tak hanya berdiam diri. Setiap harinya dia meminta pertanggung jawaban dari Budiyono dan Hariyono. Namun, karena termakan omongan keduanya Suwartinah masih memegang harapan suatu saat Ais akan hidup lagi.
Tak hanya itu, saat bangkit nanti Ais akan berubah menjadi anak penurut dan tahu sopan santun. Yang membuat Terlebih, Hariyono meyakinkan Suwartinah dengan berkata dirinya siap menempuh jalur hukum jika Ais tidak bangkit. Hariyono dan Budiyono juga meminta Suwartinah dan Marsidi untuk lebih bersabar.
Orang Tua Menyesal
Setelah empat bulan berlalu dan Ais tak kunjung bangun, Suwartinah dan Marsidi mulai timbul rasa ragu. Marsidi mengaku nelangsa, putri yang dijanjikan hidup tak kunjung bangun. Jika Ais masih hidup, Marsidi ingin meminta maaf kepadanya.
Senada dengan Marsidi, Suwartinah mengungkapkan hal serupa. Bahkan saking menyesalnya Suwartinah sampai tak bisa menangis. Suwartinah pun mengenang saat dia turut menenggelamkan Ais. Saat itu tubuhnya gemetar dan pikirannya nggak karuan. Suwartinah merasa gagal sebagai orang tua. Namun, Suwartinah tak bisa bertindak apa-apa lantaran sudah begitu meyakini ucapan Hariyono dan Budiyono.
Anak Pertama Tidak Tahu
Ais adalah anak kedua Suwartinah dan Marsidi. Anak pertamanya bernama April yang berusia 16 tahun. April tidak mengetahui kejadian nahas yang menimpa adiknya. Saat itu April tidak ada di rumah. Waktu tiba di rumah, April sempat menanyakan apa yang terjadi dengan Ais. Budiyono dan Hariyono yang masih berada di sana meyakinkan April jika Ais tidak apa-apa.