1001 Bumbu Masak Praktis, Ibu-ibu Tak Perlu Alergi ke Dapur
Sekarang bukan zamannya lagi ibu-ibu rumah tangga alergi ke dapur, karena tidak tertarik dengan masak-memasak dengan alasan tidak bisa membuat bumbunya.
Belum bisa membuat bumbu masakan, saat ini tidak bisa dijadikan alasan, sebab di pasar tradisional sudah ada penjual berbagai macam bumbu masakan praktis, dalam bentuk jadi atau instan. Dari bumbu bebek goreng, rica-rica, woku, gule kambing, opor ayam, rendang, sayur asem, sayur lodeh, cincang, mangut sampai yang tersulit pun akan dibuatkan.
Tinggal menyebut akan masak apa, dalam hitungan detik oleh penjualnya bumbu yg dipesan sudah disiapkan. Bahan dasar bumbu masakan sudah tersedia, dalam beberapa baskom tinggal menggabung-gabungkan sesuai dengan jenis masakan yang dipesan.
"Cara kerjanya seperti di apotek atau toko obat, tinggal menyerahkan resepnya, atau menyebut jenis penyakitnya, ada petugas yang membuatkan obatnya," ujar Bu Mariska, karyawan sebuah rumah sakit di Surabaya, yang membeli bumbu rendang.
Pengalamannya menggunakan bumbu jadi ini lebih praktis, tinggal menambahi sesuai dengan selera, suka yang pedas, asin atau manis, santannya kental atau yang cair tinggal, penjual bumbu jadi hanya menyiapkan bumbu dasarnya.
"Pesen bumbu gule, ya rasa gule, belum pernah pesan bumbu gule dimasak berubah jadi rawon," Bu Riska bercanda.
Ibu dengan nama lengkap Mariska Safiri ini, yang bertugas di instalasi gizi di sebuah rumah sakit menyampaikan, ibu-ibu yang dulunya tidak suka memasak karena tidak tahu resepnya, setelah ada bumbu masak jadi, sekarang lebih suka masak sendiri daripada beli makanan jadi.
Bagi rumah makan dan ibu ibu yang telah memanfaatkan bumbu masak karya tangan tangan kreatif tersebut menilai harganya lebih murah, tidak membuat kepala pusing.
Tetapi ada yang tidak suka bumbu jadi yang dijual di pasar. Cita rasanya tidak seperti yang ia inginkan. "Menurut saya kurang cocok, kalau kita ngulek sendiri aroma rempah rempahnya kan keluar, sempai mengeluarkan air mata, kalau bumbu jadi terkadang bau jamu, kembali pada soal selera," tuturnya.
Salah seorang penjual bumbu jadi di Pasar Pegirian Surabaya, Yos Fauzi mengatakan, ia hanya menyediakan bahan dasarnya, tidak menjual rasa. Untuk membuat masakan jadi lezat, tetap membutuhkan kepiawaian yang akan memasak.
Namun demikian, Yos selama 16 tahun jualan bumbu di Pasar Pegirian, belum pernah dikomplain, bahkan pelanggannya makin banyak. "Itu artinya banyak yang cocok," ceplosnya.
Pelanggannya terdiri ibu rumah tangga, pengusaha warung, restoran, katering sampai penjual bakso. "Sejak buka pukul 06.00 sampai 12.00 tidak sempat istirahat, yang datang silih berganti," ujar Bang Yos.
Pria kelahiran Padang itu melayani pembeli bersama istrinya, Meri. Bisa membuat bumbu aneka masakan karena belajar dari pengalaman waktu bekerja di tempat abangnya.
"Basic saya itu bukan dengan urusan dapur tadi dagang. Di Tangerang, saya punya toko tas, karena sepi saya banting setir jualan bumbu jadi di Surabaya, ternyata jodoh," tuturnya sambil tangannya sibuk melayani pelanggan.
"Saya fokus dengan masakan Jawa Timur sesuai dengan segmen pasar. Kalau di Surabaya saya cuma jualan bumbu masakan padang, pasti kurang cocok," ujarnya.
Demikian pula berjualan bumbu masak di Yogya, Jakarta, Manado, Ambon, beda lagi jenis bumbunya, harus disesuaikan dengan pasar atau masyarakatnya. Yos tidak menepis kalau penjual bumbu jadi sebagian besar orang padang, yang telah menguasai 1001 masakan.
Yos tidak merasa kesulitan membuat bumbu masak sebegitu banyak jenis, dari yang paling gampang tempe penyet, sayur bening, sampai masakan sulit seperti soto madura hingga kikil sapi. "Yang tidak sanggup membuat masakan China," tuturnya.
Menurut Yos, semua masakan bumbu dasarnya sama, yakni bawang merah dan cabai. Sekarang mau masak tinggal ditambah rempah-rempah. Karena saat melayani pelanggan ditanya dulu akan masak apa.
"Misalnya akan masak rendang sapi harus disebut seberapa banyak daging yang akan dimasak itu. Jumlah daging yang akan dimasak, akan disesuaikan bumbu yang diperlukan. Soal harga mau beli kiloan atau secukupnya. Kalau rumah makan, katering belinya kiloan, ibu rumah biasanya eceran Rp 5-15 ribu.
"Masakan yang berani bumbu, cita rasanya berbeda dengan masakan yang bumbunya ala kadarnya, orang Surabaya bilang rasa e sepo, gak sedep," cetetuk istrinya.
Advertisement