100 Ribu Jiwa Meninggal, PM Inggris Tanggung Jawab Covid-19
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengaku bertanggung jawab dan menyatakan penyesalannya setelah negara tersebut mencatat angka kematian Covid-19 tembus 100 ribu, Selasa 26 Januari 2021.
"Saya sangat menyesal atas setiap nyawa yang telah hilang, dan tentu saja, sebagai Perdana Menteri, saya bertanggung jawab penuh atas semua yang telah dilakukan pemerintah," kata Johnson dalam jumpa media di Downing Street.
Data resmi mencatat ada tambahan kematian sebanyak 1.631 akibat Covid-19 pada Selasa 26 Januari yang menggenapi catatan kematian di negara tersebut mencapai 100.162 dengan hampir 3,7 juta kasus positif.
"Pikiran saya tertuju pada setiap orang yang telah kehilangan orang yang mereka cintai, di balik angka memilukan ini adalah teman, keluarga, dan tetangga kita," kata Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock.
"Saya tahu betapa berat tahun lalu, namun saya juga tahu betapa kuat tekad masyarakat Inggris dan seberapa besar kita semua telah bekerja sama melewati ini," lanjutnya.
"Kita tidak bisa berhenti sekarang dan sayangnya kita masih menghadapi masa sulit ke depan. Virus masih menyebar dan kami menyaksikan lebih dari 3.500 orang setiap harinya dirawat ke rumah sakit," kata Hancock.
Inggris melaporkan kasus pertama Covid-19 hampir setahun lalu, 29 Januari 2020. Namun Perdana Menteri Boris Johnson awalnya menyikapi itu dengan santai kala mengenalkan langkah mengatasi penyebaran.
Namun ketika jumlah kasus meroket, ia akhirnya mengalah. Penguncian wilayah atau lockdown diberlakukan pada Maret.
Akan tetapi cara pemerintah mengatasi pandemi tetap menjadi pertanyaan banyak pihak, terutama terkait pengujian dan pelacakan kasus.
Kala itu, direktur medis National Health Service (NHS) Inggris Steven Powis mengatakan, "Jika kita dapat menjaga kematian di bawah 20 ribu, maka kita akan mengatasinya dengan baik,"
Inggris kemudian mengalami gelombang kedua Covid-19 dan terperosok lagi pada gelombang ketiga dan yang paling mematikan, temuan varian baru virus pada sebelum Natal yang dituding jadi penyebab angka kasus meroket.