100 Pesantren Tua Dipetakan, RMI PBNU Dedah Asal Muasal Pesantren
Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hodri Ariev mendedahkan, asal muasal berdirinya pesantren karena kebutuhan masyarakat.
Kemunculan pesantren bukan didesain dengan sengaja. “Pesantren muncul bukan by design, lebih karena kebutuhan masyarakatnya,” kata Kiai Hodri pada FGD Pemetaan 100 Pesantren Tua di Indonesia, di Jakarta, Kamis 9 Maret 2023.
Kemunculan pesantren, terang dia, biasanya berawal dari masjid atau mushala, atau lahir dari pengajian yang disimpulkan dengan kitab kuning.
“Pesantren muncul ketika seseorang berguru pada orang yang alim dan yang mereka yakini memiliki ilmu pengetahuan yang memadai. Dari situ kemudian berkembanglah tempat-tempat belajar, yang familiar disebut pesantren,” ungkap dia.
Ia mencermati, ada semangat tarekat secara tidak langsung dalam tradisi pesantren, yakni hubungan kepercayaan antara santri dengan guru. Sehingga kiai menjadi role model bagi para santri.
“Nah, ini sangat kuat. Ketika para santri pulang ke kampung halaman mereka tetap menjaga hubungan dengan para kiai dan guru-guru mereka. Relasi ini nyaris tidak ditemukan di lembaga-lembaga di luar pesantren,” ucapnya.
Selanjutnya, terang dia, pesantren memiliki kekhasan dari segi pengajaran, yakni berbasis kitab kuning. Semangat menjaga amaliyah keagamaan melalui turats ini yang menjadi jembatan penghubung santri kepada gurunya. “Jadi, peran kiai dan ajaran yang berbasis kitab kuning ini mengandung semangat tarekat yang sangat kuat dalam tradisi pesantren,” jelasnya.
Pemetaan 100 Pesantren Tua
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Ditpdpontren) Kemenag RI menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pemetaan 100 Pesantren Tua di Indonesia, di Jakarta.
Kegiatan berlangsung selama dua hari, Rabu-Jumat (8-10 Maret 2023) itu dihadiri sejumlah civitas akademika pesantren dari lingkungan NU dan Muhammadiyah.
Direktur Ditpdpontren, H Waryono Abdul Ghofur mengatakan bahwa kegiatan ini digelar untuk melacak sejarah dan awal mula ajaran pesantren pertama di Indonesia.
“Jadi, pemetaan pesantren tua ini sekaligus menegaskan sistem pendidikan atau pembelajaran ala pesantren, dinamika, dan perkembangannya seperti apa,” ujar Waryono.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk melacak founding father (tokoh pendiri) pesantren pertama di Indonesia, apakah kehadirannya bersamaan dengan kedatangan Islam di nusantara. “Ini kan ada dua versi, ada yang mengatakan abad ke-13 ada juga yang bilang abad ke-7,” ucapnya.
Berdasarkan sejarah yang ia cermati, hadirnya Islam di nusantara dan keberadaan para sunan atau Walisongo, selisihnya cukup jauh. Contohnya, Sunan Kalijaga lahir 1450 M alias abad ke-15.
“Jadi, kalau pendapat mengatakan Islam datang abad ke-14 kemudian yang mendirikan pesantren adalah para wali maka ada jeda yang cukup panjang, antara penyebaran Islam dengan pendirian lembaga,” kata dia.
Tujuan lain dari kegiatan ini menurutnya bukan hanya untuk melacak keberadaan atau letak pesantren tertua di Indonesia yang sebenarnya. Namun, lebih jauh ingin melacak ajaran pertama pesantren yang ada di Indonesia.
“Untuk mengkompilasi atau mengumpulkan karya-karya ulama nusantara sekaligus kita menemukan jejaring ulama nusantara itu luar biasa. Tidak terputus,” tutur Waryono.
Apalagi jika hal tersebut, tambah dia, bisa menghubungkan silsilah keilmuan (sanad) yang kemudian diterminkan oleh PBNU. Dari mulai Rasulullah SAW sampai kepada para ulama di Indonesia.
“Intinya untuk membuktikan bahwa rujukan belajar Islam bersanad. Sanad bagi kalangan pesantren sangat penting sebagai pertanggungjawaban otoritatif,” tandasnya.