100 Pemain dan Staf Covid-19, Liga 1 Tetap Lanjut di Bali
Ledakan Covid-19 menyasar para pemain Liga 1. Tercatat, ada lebih dari 100 pemain beserta staf klub terpapar Covid-19. Dokter Satgas Covid-19 Liga 1, dr. Alfan Nur Asyhar mengatakan, kasus Covid-19 tidak hanya murni kesalahan pemain atau pihak terpapar yang lalai dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Berdasarkan inspeksi yang dilakukan ternyata keterlibatan orang dalam menyumbang besar pada penularan di lingkungan klub. Orang dalam ini meliputi anggota klub sendiri seperti tim medis, masseur, kitman, staff official maupun perangkat hotel seperti staff, petugas kebersihan, petugas hotel, dan lain-lain.
"Penambahan kasus Covid-19 bisa dari ofisial. Biasanya ada dari tim medis atau masseur. Sebagai contoh, biasanya penularannya ketika pemain badannya tidak enak. Pemain minta dipijat, masseurnya kena dan messuerenya ini menularkan ke yang lain. Jadi penularan yang terjadi itu kita analisa itu bisa terjadi seperti itu," terang dokter Alfan Nur Asyhar.
Di sisi lain, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sepakat untuk terus melanjutkan laga Liga 1 2021/2022 di Bali. Keputusan itu dibuat usai rapat darurat untuk membahas kelanjutan seri keempat Liga 1 2021/2022 yang kini tengah berlangsung di Bali.
Alasan Liga 1 Tetap Bergulir
Dalam keterangan resminya, Sekretaris Jenderal PSSI, Yunus Nusi menyampaikan berlanjutnya Liga 1 2021-2022 berdasarkan pada tingkat kesembuhan yang tinggi.
“Setelah kami melakukan rapat melalui virtual zoom, akhirnya disepakati BRI Liga 1 terus dilanjutkan di Pulau Bali dengan berbagai pertimbangan,” ujar Yunus dilansir dari laman resmi PT LIB.
“Sisanya (para pemain) saat ini sedang dalam masa pemulihan. Saya rasa pemain memiliki antibodi dan stamina yang tinggi. Jadi kalau pun kena Covid-19, tidak butuh waktu lama untuk recovery dan akhirnya dinyatakan sembuh,” sambungnya.
Selain itu, pertimbangan dilanjutkannya Liga 1 2021/2022 adalah terkait jadwal Liga 1 2021/2022, Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), Federasi Sepakbola Asia (AFC), dan Federasi Sepakbola Asia Tenggara (AFF). Di luar alasan tersebut, perjanjian dengan pihak lain seperti broadcaster dan kontrak pemain juga menjadi pertimbangan.