100 Diplomat Myanmar Penentang Junta Militer Dipaksa Pulang
Sekitar 100 diplomat Myanmar yang mendukung gerakan pembangkangan sipil yang menentang kudeta militer 1 Februari 2021 telah diperintahkan untuk kembali ke negara itu oleh junta. Demikian terungkap menurut dokumen internal yang bocor.
Tetapi beberapa diplomat tidak mengikuti perintah tersebut dan terus berada di negara tempat mereka bertugas, berbicara dalam kapasitas mereka sebagai pendukung kekuatan demokrasi di Myanmar melawan junta.
Para diplomat yang diperintahkan untuk kembali ke Myanmar bertugas di sekitar 20 negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Singapura, seperti dikutip dari Kyodo News, Kamis 20 Mei 2021.
Dubes Myanmar di PBB pun Beraksi
Di antara mereka adalah Duta Besar Myanmar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Kyaw Moe Tun yang menyatakan penentangan terhadap kudeta militer pada pertemuan tidak resmi Sidang Umum PBB yang diadakan pada 26 Februari.
Kyaw Moe Tun telah mengabaikan pemecatan dari junta, menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendukung kekuatan demokrasi di Myanmar.
Menentang Junta Militer Keputusan Sulit
Thet Htar Mya Yee San, sekretaris kedua di Kedutaan Besar Myanmar di Amerika Serikat, berkontribusi dalam artikel opini di surat kabar The Washington Post pada 29 April.
Dalam artikel tersebut, Thet Htar Mya Yee San menulis bahwa dia dan tiga diplomat lainnya di kedutaan memutuskan menyatakan penentangan mereka terhadap junta.
Dia mengatakan itu adalah keputusan yang sulit karena dia akan melangkahi garis tak terlihat, sebuah pilihan yang akan mengubah seluruh hidupnya.
"Tapi saya yakin kami akan menang, dan keadilan akan dipulihkan," kata diplomat itu.
Pada bulan Maret, duta besar Myanmar untuk Inggris Kyaw Zwar Minn, yang membuat pernyataan yang mengkritik kudeta 1 Februari, dikunci dari kantor kedutaannya di London.
Advertisement