10 Senjata Tradisional Kalimantan dan Fungsinya
Senjata tradisional merupakan alat yang dihasilkan oleh suatu kebudayaan dan hubungannya lekat dengan masyarakat, serta digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, atau juga keperluan kehidupan seperti berladang dan berburu pada zaman dahulu.
Senjata tradisional di Indonesia sangatlah beragam, mengingat banyaknya suku dan kebudayaan yang berkembang pada suatu suku tersebut, tak terkecuali di Kalimantan. Provinsi Kalimantan terbagi menjadi Kalimantan barat, timur, utara, tengah, dan selatan. Masing-masing daerah tersebut memiliki bermacam senjata tradisional. Salah satu senjata tradisional yang dikenal masyarakat luas adalah Mandau.
Bentuk Mandau seperti pedang namun lebih panjang dengan ujungnya yang runcing dan bergerigi. Selain Mandau, Kalimantan juga memiliki senjata tradisional lain, seperti Talawang, Sipet, Lonjo, Dohong.
Berikut macam-macam senjata tradisional kalimantan dari masing-masing daerahnya.
Senjata Tradisional Kalimantan
1. Mandau
Mandau adalah senjata tradisional Kalimantan Selatan. Ini jadi identitas dari masyarakat suku Dayak. Jurnal berjudul Mandau Senjata Tradisional Sebagai Pelestari Rupa Lingkungan Dayak oleh Hery Santosa dan Tapip Bahtiar menyebutkan jika mandau berfungsi sebagai:
- Senjata dengan kekuatan gaib akibat masyarakat Dayak yang memiliki kebiasaan untuk melakukan upacara persembahan kepada leluhur dan nenek moyang.
- Alat kebutuhan sehari-hari yang digunakan untuk berburu, berladang, dan membuka hutan.
- Alat pelengkap tari-tarian bertema peperangan seperti Tari Prisai Kambit dan Tari Kancet Papatau.
Bagian dari Mandau antara lain:
- Sarung atau kumpang yang terbuat dari kayu, dilapisi tanduk rusa, dan lazimnya dihias dengan ukiran. Pada kumpang mandau diberi tempuser undang, yaitu ikatan yang terbuat dari anyaman uei (rotan).
Selain itu pada kumpang terikat pula semacam kantong yang terbuat dari kulit kayu berisi pisau penyerut dan kayu gading yang diyakini dapat menolak binatang buas. Mandau yang tersarungkan dalam kumpang biasanya diikatkan di pinggang dengan jalinan rotan.
- Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul.
Meskipun sekilas semua Mandau terlihat sama, tetapi apabila dicermati terdapat perbedaan pada lengkungan bilahnya. Pada punggung bilah mandau ini terdapat ukiran-ukiran bergerigi yang diperindah dengan tembaga ataupun kuningan.
- Gagang (hulu mandau) terbuat dari kayu yang dilapisi tanduk rusa dan diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait.
Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.
2. Parang Kemudi Singkir
Parang kemudi singkir berdasarkan buku Mengenal Koleksi Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat milik Syarifuddin dan M. Saperi Kadir adalah senjata tradisional Kalimantan Selatan yang digunakan baik untuk mempertahankan diri dari musuh maupun untuk menyerang musuh.
Tak hanya itu, senjata parang ini secara bersamaan juga berfungsi sebagai benda pusaka. Bentuk dari parang kemudi singkir mirip seperti mandau dengan dihiasi lukisan huruf, angka, binatang, bintang, bulan dan sebagainya di bagian bidang kiri dan kanan.
Senjata ini terbuat dari besi baja berwarna kehitam-hitaman dengan hulu yang terbuat dari kayu dan diukir dengan bentuk kepala ular.
3. Sungga
Sungga dipakai saat Perang Banjar oleh para pejuang yang dipimpin Tumenggung Antaluddin sebagai alat pembabat pasukan Belanda saat mereka hendak menyerang benteng pertahanan di Gunung Madang.
Bahan dari sungga dan sayapnya dibuat dari besi baja berwarna kehitaman yang dibentuk dengan siku memanjang.
4. Keris Kuningan Dewa Huti
Keris kuningan dewa huti digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri dan sebagai sarana alat upacara. Senjata tradisional ini terbuat dari kuningan dengan panjang 24 cm dan lebar 5,5 cm.
Bentuk dari mata keris ini mirip dengan keris naga runting dengan ukiran kepala naga hingga ekornya yang menghiasai hingga ujung keris. Terdapat juga patung dewa Hutu yang posisinya seakan berada di atas air.
5. Bujak
Senjata tradisional bujak merupakan senjata yang mirip dengan Tombak. Tangkai dari senjata ini terbuat dari kayu ulin sedangkan mata besinya terbuat dari besi, untuk ukuran pajangnya sekitar 3 meter.
Masyarakat Dayak biasanya akan memberikan racun dari getah pohon ipuh agar lebih mematikan bila digunakan. Bujak digunakan untuk berburu hewan, sedangkan bujak yang memiliki kait di ujungnya atau biasa disebut serepang digunakan untuk menangkat ikan.
6. Gayang
Gayang merupakan senjata tradisional dari suku Dayak Kadazandusun yang mempunyai bentuk seperti mandau. Perbedaannya sendiri ialah model bilah dan sarung gayang yang melengkung seperti Parang Ilang dari Dayak Iban.
Namun antara gayang dengan mandau memiliki perbedaan pada ukurannya yakni bujang lebih panjang. Senjata gayang digunakan dengan kekuatan-kekuatan supranatural karena dalam proses pembuatannya terdapat beberapa ritual yang harus dilakukan.
7. Sumpit
Sumpit atau biasa disebut dengan sipet merupakan jenis senjata yang penggunaannya dengan cara ditiup untuk mengeluarkan mata sumpit. Senjata ini biasa digunakan oleh masyarakat untuk keperluan seperti berburu atau senjata dalam pertempuran di medan perang.Sumpit sendiri terbuat dari bilah bambu atau batang kayu yang berongga, untuk anak sumpit atau disebut dengan damek terbuat dari bilah bambu berukuran kecil, lidi aren atau dirap.
Sumpit berbentuk bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5-2,5 meter, di tengah-tengahnya berlubang dengan diameter lubang 1/4-3/4 cm yang digunakan untuk memasukkan anak sumpitan. Ujung atas tombak yang dibuat dari batu gunung diikat dengan rotan yang telah dianyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak sumpitan.
8. Talawang
Talawang merupakan tameng atau perisai khas dari suku Dayak, yang digunakan untuk melengkapi Mandau. Talawang berbentuk persegi panjang yang dibuat meruncing pada bagian atas dan bawahnya. Panjang Talawang sekitar 1-2 meter dengan lebar maksimal 50 cm, pada bagian luarnya dihias dengan ukiran yang menggambarkan kebudayaan suku Dayak, dan pada bagian dalamnya terdapat pegangan.
Talawang lahir dari kepercayaan masyarakat yang menganggap senjata ini memiliki kekuatan magis. Talawang terbuat dari kayu Ulin, kayu Besi, atau kayu Liat yang daya kekuatannya lebih dibandingkan kayu jenis lainnya. Meskipun ketiga jenis kayu ini cukup kuat, masanya tidaklah berat sehingga tepat untuk dijadikan senjata.
9. Lonjo
Lonjo merupakan senjata yang berupa mata tombak, lonjo terbuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan menggunakan anyaman rotan dan bertangkai yang terbuat dari bambu atau kayu keras.
Sama halnya dengan Mandau dan Talawang, Lonjo juga dikeramatkan oleh orang Dayak. Semakin banyak nyawa yang dibunuh menggunakan Lonjo, akan semakin besar energi atau kekuatan pada sebuah Lonjo ini.
10. Dohong
Dohong berasal dari suku Dayak Ngaju, senjata tradisional ini hampir serupa dengan keris yang dinamakan sebagai Dohong. Banyak masyrakat Dayak yang mempercayai senjata tradisional satu ini sebagai senjata tertua milik suku Dayak Ngaju.