10 Ribu Lebih Warga China Terlantar di Perbatasan Myanmar
Lebih dari 10.000 warga negara China terjebak di pos perbatasan Ruili, Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Myanmar.
Sebuah media China menyebut mereka hendak menyerahkan diri untuk pulang ke negaranya karena situasi politik yang memburuk dan pandemi Covid-19 di Myanmar.
"Hanya seratus orang per hari yang diizinkan melintas pos perbatasan Ruili. Mereka harus menunjukkan hasil tes PCR. Yang positif langsung dikirim ke fasilitas perawatan khusus, yang negatif langsung karantina," kata seorang petugas di Ruili, dikutip Global Times, Senin 4 Oktober 2021.
Banyaknya kepulangan warga China itu terjadi setelah pemerintah China meminta warganya di Myanmar untuk mendaftarkan identitas diri.
Regulasi Baru Situasi Politik
Pemerintah Ruili mengatakan bahwa regulasi baru tersebut dikeluarkan terkait situasi politik yang memanas dan kasus Covid-19 di Myanmar memburuk.
Perkembangan itulah yang menjadikan warga China di Myanmar berbondong-bondong untuk menyerahkan diri kepada otoritas China.
Para warga itu berasal dari beberapa provinsi di China, seperti Hubei, Jiangxi, dan Henan. Provinsi-provinsi tersebut telah memberikan tenggat kepada para pelaku untuk menyerahkan diri.
Kota Tianmen di Provinsi Hubei memberikan tenggat sejak 15 Juni bagi siapa pun untuk menyerahkan diri. Jika tidak melewati batas waktu tersebut, mereka akan diberi keringanan hukuman.
Kerumunan massa yang terjadi di pos perbatasan itu membuat Kota Ruili kembali menghadapi risiko berat kasus Covid-19.
Kota di selatan China itu telah beberapa kali mengalami gelombang kasus Covid-19.