10 Pesantren di Jatim Jadi Percontohan Pesantrenpreneur
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur menjadikan 10 pondok pesantren sebagai proyek percontohan pengembangan "pesantrenpreneur" atau program penguatan ekonomi berbasis pesantren.
"Di sepuluh ponpes itu akan kami buka Ummat Mart, atau sebuah gerai yang memasarkan produk-produk yang dihasilkan para santri, ditambah produk UMKM di sekitar pesantren, maupun produk umum dari perusahaan," kata Ketua HIPMI Jatim Mufti Anam di Surabaya, Kamis, 12 April 2018.
Ia menyebutkan, 10 ponpes yang ditunjuk sebagai pengembangan awal pesantrenpreneur di antaranya adalah Ponpes Baitul Hikmah, Ponpes Salafiyah, Ponpes Mabayul Islam, Ponpes Zainul Hasan Geng Gong, Ponpes Alfalah, serta Ponpes Miftahul Ulum yang tersebar di sejumlah daerah, mulai Pasuruan, Malang, Banyuwangi, hingga Probolinggo.
"Untuk peluncuran program bakal dipusatkan di Ponpes Baitul Al-Hikmah Pasuruan Mei 2018, dan dijadwalkan dibuka Presiden Joko Widodo, sebab beliau menaruh perhatian luar biasa sejak program ini diinisiasi HIPMI Jatim pada Rapat Pimpinan Nasional HIPMI Maret lalu di Tangerang, Banten," katanya.
Selain itu, program ini juga telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, seperti Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), yang menghasilkan sejumlah program kerja ekonomi pesantren.
"Ini semacam ngaji bisnis, para santri belajar seluk-beluk dunia usaha, sehingga diharapkan bisa menjadi pengusaha santri yang bisa berbisnis dengan sukses dan menebar manfaat dengan berbasis pada etika usaha yang kokoh," katanya.
Mufti mengakui pesantren adalah institusi yang punya rekam jejak panjang dalam mendidik umat, dengan jumlah lebih dari 30 ribu pesantren dan 5 juta santri serta puluhan juta alumnus di seluruh Indonesia, pesantren merupakan entitas kuat yang tak hanya bisa menjadi pilar pendidikan umat, tapi juga berpotensi menggerakkan ekonomi umat.
"Program ini memiliki tujuan membangkitkan ekonomi kaum muda hingga ke pelosok desa dengan basis pesantren. Sehingga pergerakan ekonomi kaum muda lebih merata, tidak hanya di kota-kota besar saja yang marak dengan bisnis rintisan atau startup. Dari pesantrenpreneur, bukan tidak mungkin muncul startup di desa yang bisa mengekspor produk unggulannya," tuturnya.
Advertisement