10 Perusahaan Dunia Paling Mencemari Plastik Versi Aktivis
Bersama 10 aktivis internasional dari india, Amerika Serikat, Norwegia, Indonesia dan Kanada, Aeshnina Azzahra Aqilani, CoCaptain River Warrior Indonesia mendesak produsen bertanggungjawab atas terjadinya krisis polusi plastik yang merusak ekosistem, meracuni rantai makanan dan gangguan kesehatan secara global.
Mereka protes pada produsen-produsen penghasil kebutuhan sehari-hari yang diklaim secara massif meracuni bumi dengan sampah plastik kemasannya. Berdasarkan riset berjudul Global Producer responsibility for Plastic Pollution menyebut ada 10 merek perusahaan multinasional yang dianggap bertanggungjawab mencemari bumi dengan sampah plastiknya.
Sebanyak 10 perusahaan secara global memberikan kontribusi polusi plastik di lingkungan dalam lima tahun terakhir itu adalah:
1. Coca-Cola (11% )
2. PepsiCo (5%),
3. Nestlé (3%),
4. Danone (3%),
5. Altria/Philip Morris International (2%).
6. Bakhresa Group (2%)
7. Wings (2%)
8. Unilever (1,8%)
9. Mayora Indah (1,4%)
10. Mondelez International (1%)
Mereka melakukan aksi dilakukan di depan sculpture, sebuah instalasi seni tiga dimensi berupa kran air diangkasa yang mengeluarkan botol plastik merupakan Karya Von Wong. Dia adalah seniman berkebangsaan Kanada.
“Seni instalasi ini menggambarkan bahwa krisis polusi plastik bisa dihentikan hanya dengan mematikan krannya, maka produksi plastik sekali pakai harus dihentikan, harus ada aturan yang kuat dan konsumen harus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” kata Aeshnina.
Dalam aksinya Nina membawa Spanduk Bertuliskan “ Stop Flooding ASEAN countries with Your Sachet, No More Plastic In my Mouth, Stomach, Lung and Blood dan Stop Feeding Us Plastik”.
Sementara itu di Indonesia, justru produsen lokal penyebab polusi plastik di Indonesia. Lembaga Kajian Ekologis dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) bersama Breakfreefromplastic melakukan brand audit nasional dalam Ekspedisi Sungai Nusantara selamat 11 bulan menemukan sungai-sungai Indonesia dipenuhi sampah sachet dari PT Wings, PT Unilever, Indofood, Mayora
"Pemerintah Indonesia lamban dalam menanggulangi problem sampah plastik. Solusi palsu seperti insenerator atau membakar sampah masih Jadi pilihan, padahal proses pembakaran sampah menghasilkan problem baru berupa polusi dioksin di udara yang memicu kanker" ungkap Alaika Rahmatullah Koordinator Brand Audit Nasional Ecoton.
Ecoton juga menemukan bahan polimer sachet di dalam lambung manusia.
"Oleh karena itu, Ecoton mendesak produsen harus menghentikan produksi sachet karena selain tidak bisa didaur ulang," kata Alaika Rahmatullah.