10 November Bebas PR, Eri Cahyadi Minta Orang Tua Awasi Anaknya
Walikota Surabaya Eri Cahyadi memastikan pekerjaan rumah (PR) untuk pelajar SD dan SMP di Surabaya akan dihapus mulai 10 November, yakni bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Kamis besok.
"PR-nya diutamakan pendidikan karakter. Misalnya, membantu orang tua. Atau bila ada teman yang sakit, dijenguk bareng-bareng. Kalau ada kegiatan pentas seni kampung, pelajar bisa ikut jadi panitia. Itulah PR-nya," ujar mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.
Jam pelajaran sekolah akan dipangkas hingga pukul 12.00 WIB. Selanjutnya, guru akan menerapkan dua jam pembelajaran mulai pukul 13.00 sampai 14.00 WIB. Tujuannya, pendalaman karakter dalam bentuk ekstrakurikuler.
Dengan adanya aturan ini, Eri Cahyadi mengajak para orang tua siswa untuk ikut membentuk karakter anak-anak saat berada di rumah. Sebab, orang tua juga memiliki tugas dalam pengawasan dan menjaga anak-anak selama berada di rumah.
“Sebetulnya pendidikan tidak hanya dibebankan kepada guru di sekolah. Tetapi orang tua juga bertanggung jawab dalam proses pembentukan karakter anak,” ujarnya.
Eri Cahyadi menyadari aturan ini masih banyak menuai pro dan kontra. Ia pun kembali menjelaskan, tugas atau PR itu tetap ada tapi diselesaikan di sekolah dalam bentuk pendidikan karakter.
"Berarti orang tua harus sadar betul, ketika anaknya di sekolah mendapatkan pendidikan, ada PR setelah itu diselesaikan di sekolah,” jelas dia.
Mantan Kepala Dinas Cipta Kerja Kota Surabaya ini sadar betul kekhawatiran orang mengenai pembebasan PR. Di mana bisa berdampak buruk kepada anak-anak dan membuat mereka lebih suka bermain. Maka dari itu, lanjut Eri Cahyadi, orang tua juga harus mendidik anak-anaknya untuk memiliki karakter sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang.
Para orang tua siswa diimbau untuk bersama-sama membentuk karakter anak-anak. Sehingga tidak hanya membebankan pendidikan kepada sekolah dan PR anak.
“Karakter anak tanggung jawab sekolah dan pemerintah, tapi yang lebih penting adalah tanggung jawab orang tua. Jangan dibebankan anak dengan PR karena orang tua tidak mampu untuk mendidik, tetapi mereka harus hadir agar anak tidak individualistik,” ungkap Eri Cahyadi.
Untuk diketahui, kebijakan pembebasan PR tersebut, bertujuan untuk memberikan ruang kreatif kepada anak. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak terbebani PR, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk bersosialisasi.