Tak Terjebak Pusaran Politik, Ini 10 Kepribadian Muhammadiyah
Dalam periode 1945-1960, Muhammadiyah dan Masyumi memiliki hubungan yang sangat erat dalam perpolitikan Nasional. Bagi Muhammadiyah, Masyumi merupakan medium aspirasi politiknya, sementara bagi Masyumi, Muhammadiyah adalah anggota istimewa yang sangat penting.
“Muhammadiyah merasa ada problem berat setelah berhimpitan dengan Masyumi. Terjadi perbedaan pendapat di antara umat Islam. Bukan semata-mata politik, tapi ada perbedaan pemikiran,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam diskusi bersama PCIM Jerman.
Haedar mengungkapkan, Amal Usaha Muhammadiyah kian tebengkalai dengan keaktifan Muhammadiyah di bidang politik praktis. Pada tahun 1971 Hasil muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang memutuskan organisasi berfokus pada gerakan dakwah Islam.
“Rezim boleh berganti, tapi Muhammadiyah tidak terjebak dalam pusaran politik,” tuturnya, dikutip Sabtu 27 Maret 2021.
Haedar kemudian mengingatkan 10 Sifat kepribadian Muhammadiyah yang dirumuskan oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang justru pernah aktif di politik. 10 kepribadian ini lahir dari Keputusan Muktamar ke-35 tahun 1962, di antaranya:
1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyyah;
3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam;
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan;
5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah;
6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta merujuk contoh teladan yang baik;
7. Aktif dalam arus perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam;
8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam, dan membela kepentingannya;
9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah;
10. Bersifat adil dan kolektif kedalam keluar dengan kebijaksanaan.
10 sifat kepribadian Muhammadiyah ini harus ditanam dalam sanubari setiap kader terutama ketika berhadap-hadapan dengan politik praktis.
Muhammadiyah tidak ingin bila terjebak dalam pusaran politik tetapi Haedar menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak pasif dalam berpolitik.
“Itulah cara Muhammadiyah yang berbeda dengan cara lain, tapi kita tidak anti dengan cara lain,” kata Haedar.
Advertisement