10 Hari Terakhir Ramadhan, Ini Amalan Meraih Lailatul Qadar
Memasuki sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan, merupakan kesempatan untuk meraih kesuksan dalam beribadah.
Pada 10 hari pertama bulan Ramadhan Allah SWT memberikan rahmat dan limpahan pahala dari berbagai amalan yang kita lakukan selama puasa. Fase-fase 10 hari pertama Ramadhan memang merupakan fase terberat dan tersulit karena merupakan fase peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari subuh hingga magrib.
Setelah berhasil melalui fase pertama yang sudah pasti cukup berat karena tubuh dan pikiran berusaha beradaptasi dengan kondisi saat puasa, maka 10 hari kedua Ramadhan ini mungkin akan terasa lebih ringan karena akhirnya tubuh sudah mulai terbiasa dengan aktivitas puasa yang menuntut seseorang untuk tidak makan dan minum dimulai sejak matahari terbit hingga saat matahari terbenam.
Untuk keutamaan 10 hari kedua Ramadhan seperti yang disebutkan didalam hadist Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Awal bulan Ramadhan adalah Rahmah, pertengahannya Maghfirah dan akhirnya Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka)”. Nah, pada fase kedua atau fase 10 hari kedua Ramadhan inilah Allah membukakan pintu magfirah atau ampunan yang seluas-luasnya.
10 Terakhir
Ummul Mu`minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada 10 terakhir Ramadhan kurang lebih sebagai berikut :
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki 10 terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” Muttafaqun ‘alaihi.
Pertama : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serius dalam melakukan amaliah ibadah lebih banyak dibanding hari-hari lainnya. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini tidak terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun meliputi semua jenis ibadah baik shalat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll.
Kedua : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan istri-istri beliau agar mereka juga berjaga untuk melakukan shalat, dzikir, dan lainnya. Hal ini karena semangat besar.
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻠﻤﺔ، ﻗﺎﻝ: اﻧﻄﻠﻘﺖ ﺇﻟﻰ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪﺭﻱ ﻓﻘﻠﺖ: ﺃﻻ ﺗﺨﺮﺝ ﺑﻨﺎ ﺇﻟﻰ اﻟﻨﺨﻞ ﻧﺘﺤﺪﺙ، ﻓﺨﺮﺝ، ﻓﻘﺎﻝ: ﻗﻠﺖ: ﺣﺪﺛﻨﻲ ﻣﺎ ﺳﻤﻌﺖ ﻣﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻘﺪﺭ
Abu Salamah datang kepada Shahabat Abu Sa'id Al-Khudri. Saya berkata: "Maukah engkau keluar bersama kami ke kebun kurma untuk berdiskusi?" Lalu Abu Sa'id Al-Khudri keluar. Abu Salamah berkata: "Ceritakanlah padaku apa yang engkau dengar dari Nabi shalallahu alaihi wasallam tentang Lailatul Qadar
ﻗﺎﻝ: اﻋﺘﻜﻒ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﺸﺮ اﻷﻭﻝ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭاﻋﺘﻜﻔﻨﺎ ﻣﻌﻪ، ﻓﺄﺗﺎﻩ ﺟﺒﺮﻳﻞ، ﻓﻘﺎﻝ: ﺇﻥ اﻟﺬﻱ ﺗﻄﻠﺐ ﺃﻣﺎﻣﻚ، ﻓﺎﻋﺘﻜﻒ اﻟﻌﺸﺮ اﻷﻭﺳﻂ، ﻓﺎﻋﺘﻜﻔﻨﺎ ﻣﻌﻪ ﻓﺄﺗﺎﻩ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻓﻘﺎﻝ: ﺇﻥ اﻟﺬﻱ ﺗﻄﻠﺐ ﺃﻣﺎﻣﻚ
Abu Sa'id Al-Khudri berkata: "Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melakukan i'tikaf di 10 hari pertama Ramadhan, kami juga melakukan i'tikaf bersama Nabi. Kemudian Jibril datang kepada Nabi dan berkata: "Apa yang engkau cari ada di depanmu".
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melakukan i'tikaf di 10 hari pertengahan Ramadhan, kami juga melakukan i'tikaf bersama Nabi. Kemudian Jibril datang kepada Nabi dan berkata: "Apa yang engkau cari ada di depanmu".
ﻓﻘﺎﻡ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺧﻄﻴﺒﺎ ﺻﺒﻴﺤﺔ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻓﻘﺎﻝ: «ﻣﻦ ﻛﺎﻥ اﻋﺘﻜﻒ ﻣﻊ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻓﻠﻴﺮﺟﻊ، ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺭﻳﺖ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻘﺪﺭ، ﻭﺇﻧﻲ ﻧﺴﻴﺘﻬﺎ، ﻭﺇﻧﻬﺎ ﻓﻲ اﻟﻌﺸﺮ اﻷﻭاﺧﺮ، ﻓﻲ ﻭﺗﺮ ...»
Nabi shalallahu alaihi wasallam berdiri seraya berkhutbah pada pagi hari 20 Ramadhan, Nabi bersabda: "Barang siapa melakukan i'tikaf dengan Nabi shalallahu alaihi wasallam maka kembalilah. Sebab aku telah diberi tahu tentang Lailatul Qadar namun aku lupa (diambil ingatan Nabi tentang Lailatul Qadar). Lailatul Qadar ada di 10 hari terakhir, di malam ganjil" (HR Bukhari)