10 Hal yang Membatalkan Puasa, Ini Penjelasan Ulama
Menjalankan ibadah Puasa agar berpahala dan bernilai ibadah secara afdhal, perlu memahami hal-hal yang dianjurkan dan hal-hal yang harus ditinggalkan.
Demikian pula perlu dipahami ada beberapa gal yang bisa menjadi penyebabab batalnya Puasa.
Syaikh Muhammad bin Qasim Al-Ghazzi dalam kitabnya menegaskan :
Hal-hal yang membatalkan puasa itu ada 10 :
أَحَدُهَا وَثَانِيْهَا (مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ) اَلْمُنْفَتِحِ (أَوْ) غَيْرَ الْمُنْفَتِحِ كَالْوُصُوْلِ مِنْ مَأْمُوْمَةٍ إِلَى (الرَّأْسِ). وَالْمُرَادُ إِمْسَاكُ الصَّائِمِ عَنْ وُصُوْلِ عَيْنٍ إِلَى مَا يُسَمَّى جَوْفًا
1-2 : Masuknya sesuatu benda dengan sengaja sampai ke lubang terbuka ( mulut, hidung, dan lain-lain ), atau melalui jalan yang tertutup, seperti melalui luka-luka yang ada pada kepala sampai kebagian dalamnya. Yang dikehendaki dalam hal ini adalah bahwa orang yang berpuasa mencegah sesuatu yang bisa masuk kedalam anggota tubuh ( lubang ).
(وَ) الثَّالِثُ (الْحُقْنَةُ فِي إِحْدَ السَّبِيْلَيْنِ) وَهُوَ دَوَاءٌ يُحْقَنُ بِهِ الْمَرِيْضُ فِي قُبُلٍ أَوْ دُبُرِ الْمُعَبَّرِ عَنْهُمَا فِي الْمَتْنِ بِالسَّبِيْلَيْنِ
3 : Mengobati melalui salah satu dari kedua jalan yakni mengobati orang sakit melalui qubul ( jalan muka atau alat kelamin) atau dubur ( jalan belakang). Di dalam kitab Matan qubul dan dubur dipergunakan istilah kata " dua jalan. "
(وَ) الرَّابِعُ (اَلْقَيْءُ عَمْدًا) فَإِنْ لَمْ يَتَعَمَّدْ لَمْ يَبْطُلْ صَوْمُهُ كَمَا سَبَقَ.
4 : Sengaja muntah-muntah, jika tidak sengaja maka tidak batal puasanya, sebagaimana keterangan terdahulu.*
(وَ) الْخَامِسُ (اْلوَطْءُ عَامْدًا) فِي الْفَرْجِ فَلَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِالْجِمَاعِ نَاسِيًا كَمَا سَبَقَ
5 : Sengaja wathi ( bersetubuh dalam farji), maka tidak membatalkan puasa bila bersetubuh dalam keadaan lupa ( berpuasa), sebagaimana keterangan terdahulu.
(وَ) السَّادِسُ (اْلإِنْزَالُ) وَهُوَ خُرُوْجُ اْلمَنِيِّ (عَنْ مُبَاشَرَةٍ) بِلَا جِمَاعٍ مُحَرَّمًا كَانَ كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِهِ أَوْ غَيْرَ مُحَرَّمٍ كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِ زَوْجَتِهِ أَوْ جَارِيَتِهِ.
6 : Keluar mani, artinya keluar mani sebab bersentuhan ( dengan kulit ) tidak dengan bersetubuh, baik keluarnya itu diharamkan, seperti mengeluarkan dengan tangannya sendiri, atau tidak diharamkan seperti keluarnya dengan tangan istrinya atau tangan budak perempuannya.
وَاحْتَرَزَ بِمُبَاشَرَةِ عَنْ خُرُوْجِ الْمَنِيِّ بِالْاِحْتِلَامِ فَلَا إِفْطَارَ بِهِ
Pengarang kitab ( mushannif ) mengecualikan keluarnya air mani apabila disebabkan karena mimpi maka itu tidaklah batal.
(وَ) السَّابِعُ إِلَى آخِرِ الْعَشَرَةِ (الْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَاْلجُنُوْنُ وَالرِّدَّةُ) فَمَتَى طَرَأَ شَيْءٌ مِنْهَا فِي أَثْنَاءِ الصَّوْمِ أَبْطَلَهُ
7-10 : Haidh, nifas, gila dan murtad. Maka sewaktu-waktu orang yang berpuasa itu kedatangan satu dari haidh, nifas, gila dan murtad di tengah-tengah puasanya, maka batallah puasanya.
Demikian terkandung dalam Kitab Fathul qarib, halaman : 26 )
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertaqwa kepada Allah, mampu melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan dengan baik dan mendapat ridho dari Allah SWT. Aamiin....!!!
Demikian tausiyah pagi bersama Ust Keman Almaarif. Semoga bermanfaat.