10.200 Anak Jadi Korban Konflik di Yaman, 2.500 Sekolah Hancur
Sebanyak lebih dari 10.200 anak telah menjadi korban dalam konflik di Yaman, baik korban tewa maupun cacat akibat perang. Hal itu disampaikan Badan Internasional PBB yang khusus menangani soal anak-anak, UNICEF.
Perwakilan UNICEF untuk Yaman, Philippe Duamelle mengatakan sejak konflik berkecamuk di Yaman 2015 silam, puluhan ribu anak tewas dan mengalami cacat. Bahkan pada Januari hingga Febuari tahun ini saja sebanyak 47 anak telah menjadi korban di negara itu.
“Sejak konflik meningkat di Yaman hampir tujuh tahun lalu, PBB memverifikasi bahwa lebih dari 10.200 anak telah tewas atau terluka. Jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.” Jelasnya dalam sebuah pernyataan.
Ia menjelaskan, perang saudara itu telah menewakan ratusan ribu lainnya dan menimbulkan krisis kemanusian terparah di dunia. “Kekerasan, kesengsaraan, dan kesedihan telah menjadi hal biasa di Yaman dengan konsekuensi parah pada jutaan anak dan keluarga,” kata Duamelle.
Anak-anak Butuh Kedamaian
Menurutnya, sudah saatnya mencapai solusi politik untuk memberikan kedamaian hidup bagi anak-anak dan keluarga di Yaman, seperti apa yang menjadi hak mereka.
Konflik telah menyebabkan hancurnya layanan dasar seperti perawatan kesehatan dan pendidikan, di mana jutaan orang mengungsi dan 80 persen populasi bergantung pada bantuan.
Data yang diperoleh UNICEF juga mengatakan bahwa lebih dari 2.500 sekolah tidak dapat digunakan, karena telah dihancurkan, diubah untuk tujuan militer, atau digunakan untuk melindungi para pengungsi.
Selain itu, sebuah laporan yang dirilis oleh Dewan Keamanan PBB pada Januari juga mengatakan hampir 2.000 anak yang direkrut oleh pemberontak telah tewas di medan perang antara Januari 2020 dan Mei 2021.