1.400 Lumba-lumba Dibantai dalam Sehari, Laut Denmark Memerah
Foto dan video miris beredar di media sosial. Nelayan di Faroe Island membantai sedikitnya 1.400 ekor lumba-lumba jenis White-sided selama satu malam, pada Minggu, 12 September waktu setempat. Kini dunia menyoroti tradisi berburu paus dan lumba-lumba di pulau tersebut.
Ribuan Lumba-lumba Dibantai
Minggu malam, sekelompok nelayan melihat kerumunan lumba-lumba white-sided di perairan teluk setempat. Menggunakan perahu boat dan jetski, nelayan lantas menggiring kerumunan lumba-lumba menuju teluk berdinding gletser terluas di perairan Antlantik Utara itu.
Mamalia yang cerdas dan tidak berbahaya itu terus digiring menuju perairan dangkal di Pantai Skalabotnur, di Eysturoy. Setelah terdampar, ribuan lumba-lumba malang segera dibantai beramai-ramai menggunakan pisau. Air di sekitar pantau pun memerah akibat darah segar mamalia tersebut.
Sejumlah orang terlihat berada di pantai, menyaksian pembantaian itu. Foto dan video pembantaian massal lumba-lumba ini tersebar di media sosial.
Tak Menyangka Jumlahnya Ribuan
Berburu lumba-lumba dan juga paus telah menjadi tradisi turun temurun di tempat tersebut. Namun apa yang terjadi pada Minggu malam, membuat terkejut dunia internasional, termasuk juga warga setempat.
Pimpinan Asosiasi Pemburu Paus Faroe Island Olavur Sjurdarberg, mengakui jika perburuan itu berlebihan. "Ini adalah kesalahan besar. Ketika gerombolan itu ditemukan, nelayan memperkirakan jumlahnya sekitar 200 ekor," katanya dikutip dari bbc.com, pada Kamis 16 September 2021. Olavur mengaku tak ikut dalam peristiwa pembantaian massal itu.
Nelayan baru tahu jumlah sebenarnya, ketika pembantaian mulai dilakukan. "Seseorang seharusnya tahu lebih baik. Sebagian besar orang-orang terkejut dengan ini," katanya.
Meski, perburuan dan pembantaian itu juga disetujui oleh pemerintah setempat. Faroe Island di Denmark memiliki aturan tentang berburu paus dan lumba-lumba. Aktivitas perburuan pada Minggu tersebut tidak dilarang lantaran dilakukan oleh komunitas dan tidak memiliki tujuan komersial.
Perburuan jenis ini sering bersifat spontan dan dilakuan ketika melihat sekelompok lumba-lumba atau paus di laut. Untuk ikut berpartisipasi berburu lumba-lumba atau paus, pemburu harus memiliki sertifikat mampu membunuh binatang tersebut.
Tradisi Berburu Lumba-lumba dan Paus
Bagi para pendukung aktivitas berburu lumba-lumba dan paus di Denmark, aktivitas ini dianggap sebagai cara mendapat makanan dari alam, sambil menjaga keberlanjutan lingkungan. Tradisi berburu juga menjadi bagian penting dari identitas budaya penduduk Faroe Island di Denmark.
Biologis Biota Laut dari Faroe Island, Denmark, Bjarni Mikkelsen menyebut pembantaian lumba-lumba malam itu menjadi yang terbesar dalam sejarah. Sebanyak 1.200 mamalia dibantai di tahun 1940, terdapat 900 mamalia mati di tahun 1879, 856 ekor di tahun 1873, dan 854 ekor di tahun 1938.
#Denmark The Faroe Islands, Denmark's overseas autonomous territory, held a hunting activity on the 12th. More than 1400 white edge dolphins were killed, and the whole Gulf flowed with blood, triggering the anger and condemnation of animal conservationists. pic.twitter.com/fVJDbsZTA1
— Drdoda (@thaibahtbag) September 14, 2021
Akivitas berburu paus dan lumba-lumba juga banyak dikritik oleh aktivis kesejahteraan binatang, sejak lama. Bahkan aktivitas itu juga tak populer di antara penduduk setempat, kata Sjurdur Skaale, perwakilan pemerintah di Faroe Island.
Meski ia menyebut aksi perburuan lumba-lumba dan paus itu berperikemanusiaan jika dilakukan dengan cara yang tepat, ia mengaku penduduk setempat gusar atas pembantaian itu.
Ia juga melempar kritik terkait cara membunuh lumba-lumba. Menurutnya, dengan cara yang tepat, lumba-lumba akan mati kurang dari satu detik. "Dari sudut pandang perlindungan binatang, ini cara yang baik untuk membunuh daging. Jauh lebih baik dibanding metode memotong sapi dan babi di dalam kandang," katanya.
Namun, menurut kelompok aktivis satwa, Sea Shepherd, perburuan lumba-lumba dan paus bisa menjadi pembantaian massal yang terorganisir. Sebab butuh waktu lama untuk membunuh lumba-lumba dan paus, dengan disaksikan kerabat mamalia lain, ketika telah terdampar di pantai, atau di perairan dangkal. (Bbc)