Uni Eropa Incar Kopi asal Indonesia
ngopibareng.id – Indonesia saat ini tengah melakukan negosiasi perdagangan bebas dengan Uni Eropa atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Kerjasama perdagangan ini pun diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan nilai ekspor Indonesia.
Komisioner untuk Pertanian dan Pembangunan Daerah Uni Eropa YM Phil Hogan mengungkapkan, pembahasan lanjutan terkait kerjasama ini akan dilakukan pada Januari mendatang. Uni Eropa pun mengimbau agar Indonesia mempersiapkan diri.
“Putaran berikutnya perundingan CEPA dijadwalkan pada Januari, dan saya mendorong Anda semua untuk memiliki pemikiran positif dan konstruktif dalam bulan-bulan menjelang pembicaraan ini,” ujarnya di Intercontinental Jakarta Midplaza, Jakarta, dikutip dari laman okezone.com.
Menurut Hogan, terdapat beberapa keunggulan Indonesia yang dapat menjadi nilai jual dalam negosiasi kali ini. Salah satunya adalah sektor perkebunan kopi. Indonesia dinilai memiliki potensi besar sebagai penghasil kopi.
“Kami yakin bahwa Indonesia dapat bergerak ke arah yang sama, dengan potensi keuntungan yang sama. Anda sudah memiliki sejumlah produk yang baik seperti Muntok Lada, Gayo Cofee dan Kintamani Coffee. Anda memiliki potensi untuk melakukan sesuatu yang lebih,” tuturnya.
Tak hanya itu, Indonesia dianggap sebagai negara tujuan ekspor utama bagi Uni Eropa dalam beberapa produk tertentu. Salah satunya adalah bahan pertanian. Hal ini dapat menjadi modal bagi Indonesia untuk menjalin kerja sama perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
“Antara 2011 dan 2015, pasar agri-food Indonesia meningkat sebesar 57%. Lalu juga ada pertumbuhan populasi konsumen di sini. Diperkirakan 45 juta orang Indonesia saat ini, yang diperkirakan akan meningkat menjadi 135 juta pada 2030,” tuturnya
“Orang-orang ini mencari beragam, produk-produk berkualitas tinggi untuk memberi makan keluarga mereka. Pada tahun 2030, kami berharap makanan dan belanja minuman untuk memperhitungkan hampir setengah dari pengeluaran rumah tangga per tahun,” imbuhnya.
Hanya saja, Indonesia diharapkan tidak terlalu bergantung pada hasil perundingan. Kerja sama tetap perlu dilakukan pada berbagai sektor tanpa harus menunggu perundingan kerja sama.
“Saya juga akan mengatakan bahwa kita tidak perlu menunggu kesimpulan CEPA untuk secara substansial meningkatkan akses pasar. Kerja sama lebih dibutuhkan dan sudah ada banyak yang bisa kita lakukan,” tutupnya. (frd)